by Maftuh Ihsan Jibi Bisnis Indonesia - Espos.id News - Kamis, 21 Februari 2013 - 08:25 WIB
JAKARTA - Pemerintah mendorong hilirisasi industri rotan dengan menandatangani nota kesepahaman kerja sama dengan desainer asal Innovationszentrum Lichtenfeis Jerman untuk menghasilkan produk dengan desain yang bervariasi.
Alex S.W. Retraubun, Wakil Menteri Perindustrian, mengungkapkan kerja sama dengan Jerman ini dilakukan karena negara tersebut memiliki teknologi pengembangan produk yang lebih baik. "Kerja sama pusat inovasi rotan nasional (Pirnas) dengan Jerman ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk rotan nasional," katanya.
Dedi Mulyadi, Direktur Jendral Pengembangan Perwilayahan Industri Kemenperin, menuturkan saat ini desainer lokal dari Institut Teknologi Bandung (ITB) masih belum memiliki pengalaman yang banyak untuk menciptakan produk yang inovatif. Melalui kerja sama ini, tuturnya, desainer dari Jerman dapat memberikan transfer teknologi sehingga eskpor produk rotan ke negara lain, terutama di kawasan Eropa, terus meningkat dalam beberapa waktu ke depan.
"Kami harapkan nantinya produk yang dihasilkan dari kerja sama ini dapat disukai oleh konsmen Eropa," ujarnya.
Dipl Ing Auwi Stubbe, desainer produk rotan asal Jerman, menuturkan akan memberikan pelatihan kepada mahasiswa muda dan bekerja sama dengan perguruan tinggi lokal untuk mencetak desainer yang berkualitas. "Kelemahan produk rotan Indonesia adalah dari segi desain, tetapi desainer Indonesia memiliki potensi yang besar untuk membua produk Yang sesuai dengan pasar Eropa," katanya.
Alex mengungkapkan potensi bahan baku rotan yang besar yang sebagian besar berada di luar Pulau Jawa diharapkan dapat mendorong hilirisasi industri rotan yang diarahkan ke Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatra.
Soenoto, Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), mengungkapkan kondisi industri mebel dan kerajinan rotan terus membaik, ditandai dengan meningkatnya nilai eskpor rata-rata 10% - 15% per tahun.
Potensi produksi mebel dan kerajinan rotan nasional, tuturnya, diyakini mencapai Rp35,5 triliun dan kerajinan di luar mebel Rp13 triliun dengan penyerapan tenaga kerja langsung sekitar 450.000 orang dan tidak langsung sebanyak 2 juta orang. "Dari segi bahan baku sangat banyak. 90% rotan dunia dihasilkan di Indonesia. Potensi tenaga kerja juga besar," katanya.
Abdul Sobur, Sekretaris Jendral AMKRI, mengatakan pada tahun lalu nilai ekspor rotan ke kawasan utama seperti Eropa dan Amerika Serikat tumbuh mencapai 100% dari realisasi pada 2011 yakni senilai US$100 juta.
Data Laporan Surveyor (LS) memperlihatkan nilai ekspor rotan pada tahun lalu terutama disumbangkan produk furniture senilai lebih dari US$118,532 juta, atau lebih tinggi dari nilai eskpor pada 2011.