by Arif Wahyudi Jibi Harian Jogja - Espos.id News - Kamis, 30 Maret 2017 - 13:19 WIB
Ekspedisi Antartika, Indonesia memiliki wakil masuk dalam tim tersebut.
Harianregional.com, SLEMAN -- Misi mengeksplorasi Antartika yang berlangsung selama empat bulan dituntaskan Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), Nugroho Imam Setiawan. Dia punya segudang cerita yang jarang ditemui di belahan Bumi lainnya.
Baca Juga : EKSPEDISI ANTARTIKA : Sikap Batuan Tertua di Bumi, Berusia 3,8 Miliar tahun di Antartika (3/4)
Iwan bergabung dengan JARE 58 pada 27 November 2016.
“Saya sudah menanti ikut ekspedisi Antartika sejak 2010, namun baru kesampaian pada akhir 2016 kemarin,” ucap alumnus SMA Negeri 2 Jogja itu, ketika berbagi cerita dengan sejumlah wartawan di Ruang Sidang Rektorat UGM, Rabu (29/3/2017) sore.
Dia dan puluhan anggota tim menumpang kapal pemecah lapisan es jenis Shirase dengan nama lambung ABG 5003 untuk menuju Antartika dari Pulau Tasmania, Australia. Kapal ini bisa mengangkut tiga helikopter untuk mendukung ekplorasi. Luas dek membentang 200 meter sehingga bisa dimanfaatkan untuk joging agar keringat keluar.
Nugroho biasanya rehat di kapal hanya satu hari setelah berhari-hari menyusuri permukaan beku Antartika. Kesempatan itu dia pakai untuk mandi karena selama penelitian, dia tak sempat mandi.
Beragam fasilitas ada dalam kapal itu, mulai dari mesin cuci, bar hingga barbershop. Sayang, tak ada tukang cukur di kapal itu. Mencukur rambut, brengos, atau jambang dilakukan penumpang kapal secara bergantian.
Shirase bikin iri Iwan.
“Kapal ekspedisi Shirase terus bergerak melintasi lautan es membuka jalur-jalur baru oseanografi. Stasiun Syowa dan Shirase adalah perpaduan penelitian Antartika yang sempurna. Saya bermimpi suatu saat nanti, di masa yang akan datang, bendera Indonesia akan berkibar di stasiun miliknya sendiri di Antartika. Dari stasiun penelitian tersebut dihasilkan berbagai macam hasil penelitian yang berguna untuk ilmu pengetahuan dan umat manusia.”