by Muh Khodiq Duhri - Espos.id News - Minggu, 13 Desember 2020 - 16:12 WIB
Esposin, SRAGEN -- Tanpa terasa air mata Aminah, 80, membasahi pipinya yang sudah berkeriput. Nenek itu ingat akan salah satu putranya Aris Sumarso atau yang lebih dikenal dengan Zulkarnaen.
“Sudah lama saya tidak bertemu dia. Saya tidak pernah tahu di mana dia. Tapi, banyak yang datang kemari seolah-olah saya menyembunyikan dia,” ujar Aminah kepada Esposin di halaman rumahnya di Dukuh Gebang Kidul, RT 14/RW 06, Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Sragen, Minggu (13/12/2020).
Masih terngiang dalam ingatan Aminah kala beberapa orang datang bertamu ke rumahnya beberapa tahun lalu. Mereka datang untuk menanyakan apakah benar tiga anak Zulkarnaen dititipkan di rumahnya. Dia tidak tahu siapa yang telah memberikan informasi tidak benar terkait hal itu.
Jadi Buron 19 Tahun Kasus Bom Bali I, Warga Sragen Ditangkap Densus 88
“Saya justru bilang ke dia, siapa yang bisa menemukan cucu saya [anak Zulkarnaen], akan saya beri uang Rp1 juta,” ujarnya.Beberapa tahun lalu, seseorang yang mengaku polisi juga datang ke rumahnya. Orang itu bermaksud meminta Aminah ikut tes DNA untuk dicocokkan dengan DNA seorang terduga teroris yang meninggal dunia di Jakarta. Namun, dengan tegas Aminah menolak permintaan itu.
“Saya tidak mau dites [DNA]. Kalau benar dia anak saya, lebih baik saya yang datang ke Jakarta. Sebagai ibu, saya pasti masih ingat dan mengenali wajah anak saya. Setelah itu tidak ada kabar lagi dari orang itu. Berarti, yang meninggal itu bukan anak saya,” paparnya.
Terduga Teroris Asal Nguter Sukoharjo Ditangkap Densus 88 di Klaten
Ia juga tidak pernah tahu mengapa anaknya disebut-sebut sebagai aktor di balik terjadinya bom Bali I pada 2002 silam. “Anak saya itu ada banyak, semua sudah hidup mandiri. Tersebar di mana-mana. Mereka punya kewajiban menafkahi keluarga masing-masing,” ujarnya.
Aminah mengaku sudah mendengar kabar bila Zulkarnaen telah ditangkap di Lampung. Namun, ia belum tahu kebenaran informasi itu. Sebagai seorang ibu, ia berharap anak bisa mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus. “Kalau anak saya salah, mudah-mudahan ditemukan jalan yang terang,” paparnya.
Cegah Aksi Teror, Densus 88 Tangkap 7 Terduga Teroris
“Almarhum Pak Hadi Saleh pernah bekerja sebagai guru agama, sementara ibu Aminah bekerja sebagai petani. Sekarang Bu Aminah tingga bersama anaknya, Mas Mimin. Kehidupan mereka ya biasa saja, seperti warga lainnya. Semangat gotong royong dengan tetangga juga baik,” terang Ketua RW 06, Gimin Hardiyanto.
Gimin mengaku belum pernah melihat Zulkarnaen pulang ke kampung halaman. Ia juga tidak pernah tahu kegiatan apa yang dilakukan Zulkarnaen di perantauan. “Saya hanya tahu informasi lewat berita di media. Tapi, saya tidak pernah tahu cerita persisnya seperti apa. Kabarnya bagaimana dia, kami juga tidak tahu,” jelas Gimin.
"Keterlibatan, menyembunyikan DPO [buron] atas nama Udin alias Upik Lawanga alias Taufik Bulaga," kata Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Argo Yuwono, Sabtu (12/12/2020).
Mabes Polri: Dana Terorisme Dihimpun Lewat Kotak Amal Minimarket
Argo menyampaikan Zulkarnaen merupakan bagian dari jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI). Zulkarnaen, sebut Argo, merupakan orang yang membuat pasukan khusus untuk melakukan teror Bom Bali I hingga konflik di Poso dan Ambon."Zulkarnaen adalah panglima askari (tentara) Jamaah Islamiyah ketika Bom Bali I. Dia yang membuat unit khos yang kemudian terlibat bom Bali, konflik-konflik di Poso dan Ambon. Unit khos itu sama dengan special task force," imbuhnya.
Pelatihan Anti Pencucian Uang demi Cegah Terorisme
Zulkarnaen ditangkap Densus 88 Polri pada Kamis (1/12/2020) di Lampung. Saat ditangkap, Zulkarnaen tidak melakukan perlawanan. "Telah dilakukan penangkapan tanpa perlawanan, terhadap tersangka (DPO) pada hari Kamis tanggal 10 Desember 2020, pukul 19.30 WIB yang beralamat di Gang Kolibri, Toto Harjo, Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Lampung," ucap Argo.