by Newswire - Espos.id News - Selasa, 17 Agustus 2021 - 20:48 WIB
Esposin, JAKARTA—Sebagai sosok penghibur anak-anak, badut identik dengan keceriaan.
Meskipun, kehidupan sosok di balik kostum badut itu kadang tak seceria seragamnya.
Siang itu, Selasa (17/8/2021), di tengah peringatan Hari Kemerdekaan HUT Ke-76 RI, seorang badut jalanan membawa bocah lelaki duduk di bawah pohon yang rindang, berteduh dari sengatan sinar matahari yang terik.
Sesekali ia mengelap keringat di balik topeng badut dan meneguk air mineral untuk menghilangkan dahaga.
Namanya Kusmiyani, warga yang tinggal di Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Dengan memakai kerudung berwarna krem dan topeng, wanita paruh baya itu menghias kepalanya dengan rambut kribo palsu berwarna-warni mencolok khas badut.
Baca Juga: Salut! Mahasiswa UIN Walisongo Hibur Pasien Covid-19 Semarang
Bocah lelaki yang ikut menemaninya berkeliling menjadi badut jalanan tak lain adalah putra bungsunya.
Sembari memakai kostum dan topi merah bertuliskan huruf M seperti tokoh game Mario Bros, bocah lima tahun itu menggenggam bendera Merah Putih kecil, simbol turut memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.
Wanita berusia 42 tahun itu terpaksa menjadi badut jalanan untuk mencari rezeki guna menafkahi suami dan anak-anaknya.
Sang suami yang setahun lebih tua usianya, sudah tidak mampu lagi bekerja.
Kesehatan fisiknya menurun lantaran mengidap penyakit jantung. Praktis, Yani—sapaan akrabnya—kini menjadi tulang punggung keluarga.
"Sudah lima tahunan, sejak bapaknya sakit jantung. Sudah nggak bisa kerja lagi, akhirnya saya harus jadi tulang punggung keluarga," kata Yani saat ditemui Suara.com di Taman Witana Harja Pamulang, Tangsel, Selasa (17/8/2021).
Selain kostum badut, Yani hanya membawa sound system berukuran persegi panjang yang dimasukkan ke dalam tas dan digendong menyamping.
Saat lagu diputar, dengan perasaan malu namun terpaksa Yani berjoget kecil di hadapan orang yang didatanginya.
Baca Juga: Selama PPKM Darurat, Bandara Ahmad Yani Masih Layani 6.437 Penumpang
Baik di depan minimarket, warung kelontong, ataupun tempat-tempat jajanan pinggir jalan yang ada aktivitas warga.
Sementara sang anak berperan membawa plastik bekas bungkus permen dan tas kecil untuk menaruh uang yang didapat.
Tanpa kenal lelah dan mengeluh, perlahan setiap tempat disisir Yani dan putranya, berharap kedermawanan orang yang ditemui mereka.
Penghasilan sebagai badut pengamen tak menentu didapat Yani.
Dengan penghasilan segitu, Yani masih harus menanggung kebutuhan keluarganya termasuk biaya berobat sang suami.
Belum lagi sewa kontrakan per bulan yang Rp800.000.
Sebelumnya, Yani juga dibantu oleh anak pertamanya berusia 16 tahun dengan mengarak ondel-ondel.
Meski tak seberapa penghasilannya namun cukup membantu memenuhi kebutuhan makan keluarga.
Kini kondisinya semakin parah lantaran tak kuat berjalan. Hal itu menambah beban baru bagi Yani.
"Kalau beli obat buat bapak sebulan sekali itu Rp400.000, dapatnya cuma setengah strip. Tapi kalau nggak ada uang ya nggak beli obat. Ditambah pengobatan anak sakit hernia, nggak bisa operasi, nggak ada uang. Sekarang makin parah nggak kuat jalan," keluh Yani.
Yani memiliki tiga anak. Usianya 16 tahun, 13 dan 5 tahun. Anak pertama dan kedua sudah tak sekolah, hanya tamat hingga jenjang SD.
Sementara sang bungsu ikut dirinya keliling menjadi badut jalanan.
Baca Juga: Jalan Layang Bandara Ahmad Yani Semarang Sepanjang 1,2 Km Hampir Rampung, Ini Penampakannya
Yani dan keluarga tinggal di sebuah kontrakan di Kampung Kedong RT 1 RW 2 Jombang, Ciputat, Tangsel.
Sehari-hari dia berkeliling dari pagi hingga sore. Seluruh kecamatan di Tangsel sudah dia susuri.
Paling jauh, Yani pernah mengamen menjadi badut jalanan sampai ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Itu dilakukan, agar tak membuat suaminya semakin sakit lantaran tahu istrinya mencari nafkah sebagai pengamen badut jalanan.
"Pada tahunya anak saya ngarak ondel-ondel, itu doang. Kita nutupin suami saya aja, ya takutnya malu istrinya begini sedangkan dia lagi sakit nanti terbebani. Jadi kalau ditanya mau ke mana, saya selalu bilang mau nyari rezeki," ungkap Yani haru.
"Suami nggak tahu aktivitas saya di luar rumah. Karena saya menghormati suami. Walaupun kondisinya sakit dan nggak bisa nafkahi, dia tetap suami yang baik," sambungnya.