by Kaled Hasby Ashshidiqy - Espos.id News - Rabu, 15 September 2021 - 12:48 WIB
Esposin, SOLO — Harapan Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam persaingan kendaraan listrik akhirnya terwujud. Indonesia kini akan memiliki pabrik baterai kendraan listrik (electric vehicle/EV) yang pembangunannya telah dimulai hari ini, Rabu (15/9/2021).
Tahun depan Indonesia juga menargetkan sudah akan memproduksi mobil listrik, paling lambat Mei 2022.
Groundbreaking atau peletakan batu pertama pabrik baterai mobil listrik ini dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Senin.
Pabrik baterai mobil listrik ini bukanlah investasi dari Tesla, produsen mobil listrik terbesar. Melainkan gabungan perusahaan dari Korea Selatan. Yakni Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution. Mereka bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik (EV) di Karawang, Jawa Barat. Total nilai investasinya mencapai 1,1 miliar dolar AS.
Baca Juga: Indonesia Jadi yang Pertama di Asia Tenggara yang Punya Pabrik Baterai Mobil Listrik
Pabrik baterai mobil listrik ini bukanlah investasi dari Tesla, produsen mobil listrik terbesar. Melainkan gabungan perusahaan dari Korea Selatan. Yakni Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution. Mereka bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik (EV) di Karawang, Jawa Barat. Total nilai investasinya mencapai 1,1 miliar dolar AS.
Baca Juga: Indonesia Jadi yang Pertama di Asia Tenggara yang Punya Pabrik Baterai Mobil Listrik
Sementara negosiasi pemerintah Indonesia dengan Tesla yang dimiliki Elon Musk masih tarik ulur meski sudah ada ketertarikan.Mengutip laporan bisnis.com, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan Indonesia sudah memiliki non disclosure agreement (NDA) dengan Tesla mengenai perkembangan rencana investasi Tesla di Indonesia. Kendati demikian, Luhut memastikan investasi Tesla di Indonesia tidak pernah bicara mengenai pembangunan pabrik mobil.
Sebulan sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan Tesla milik Elon Musk segera berinvestasi di Indonesia. Selain itu, ada BASF asal Jerman yang juga akan menanamkan modalnya di Indonesia.
Dua produsen baterai listrik raksasa dunia itu bakal mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri, khususnya baterai listrik. "Sebentar lagi yang akan kita teken ini adalah BASF sama Tesla," kata dia dalam konferensi pers virtual, kemarin Senin (25/1/2021), seperti dikutip dari detik.com.
Baca juga: Kendaraan Listrik Diramalkan Capai Puncak Penjualan 2033
Dalam acara groundbreaking, Bahlil mengemukakan pembangunan pabrik sel baterai dengan kapasitas produksi 10 GwH itu merupakan bagian dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai 9,8 miliar dolar AS (setara Rp142 triliun) yang telah diteken dengan Korea Selatan.
“10 GwH hari ini bagian dari 9,8 miliar dolar AS itu,” kata Bahlil, Rabu.
Baca Juga: Harga Pemesanan Mobil Tesla Naik Dua Kali Lipat
Jokowi mengatakan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik itu wujud keseriusan pemerintah melakukan hilirisasi industri.
“Era kejayaan komoditas bahan mentah sudah berakhir. Kita harus berani mengubah struktur ekonomi yang selama ini berbasis komoditas untuk masuk ke hilirisasi masuk ke industrialisasi. Menjadi negara industri yang kuat dengan berbasis kepada pengembangan inovasi teknologi,” tuturnya disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (15/9/2021).
Baca Juga: Semester Pertama 2021, Penjualan Mobil Listrik di Indonesia Capai 1.900 Unit
Jokowi menerangkan strategi bisnis besar Indonesia saat ini adalah secepatnya keluar dari jebakan negara pengekspor bahan mentah. Indonesia sudah cukup lama roda ekonominya digerakkan oleh ekspor bahan mentah.“Strategi bisnis besar negara adalah keluar secepatnya dari jebakan negara pengekspor bahan mentah. Melepaskan ketergantungan pada produk-produk impor dengan mempercepat revitalisasi industri pengolahan, sehingga bisa memberikan peningkatan nilai tambah ekonomi yang semakin tinggi,” ucapnya.