by Jafar Sodiq Assegaf Jibi Solopos.com - Espos.id News - Kamis, 14 Januari 2016 - 13:30 WIB
Bom Sarinah Thamrin menurut pengamat telah diprediksi sebelumnya.
Esposin, JAKARTA – Aksi teror bom terjadi di pusat perbelanjaan Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016) pukul 10.45 WIB. Pengamat menyebut aksi ini bisa jadi berkaitan dengan jaringan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Ledakan granat dan penembakan terjadi di Pospol Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Charliyan menyatakan, para pelaku peledakan dan penembakan kemungkinan berasal dari kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Chaliyan dalam wawancara yang disiarkan Metro TV mengatakan ISIS sempat memberi peringatan. Sayangnya, Chaliyan tak memerinci ancaman seperti apa yang dilakukan ISIS.
Pihaknya mengaku sudah mengetahui akan ada serangan teroris di Tanah Air. Karena itu, Polri belakangan melakukan penangkapan-penangkapan terhadap para tersangka teroris di sejumlah daerah. "Bahwa akan ada “konser” di Indonesia dan akan jadi berita internasional," katanya.
Sementara pengamat Intelejen Ridwan Habib menyebut jajaran Badan Intelejen Negara (BIN) dan Kepolisian sebenarnya telah mendeteksi aksi ini. Namun, menurutnya antisipasi tetap sulit dilakukan lantaran tempat dan momentumnya bisa sangat acak.
Selain itu, Ridwan juga mengaitkan aksi ini dengan penangkapan teroris yang dilakukan Densus 88 beberapa pekan terakhir.
“Ada retaliasi, atau serangan cepat, dari anggota kelompok yang belum tertangkap,” kata Ridwan dalam wawancara dengan Metro TV, Kamis siang.
Menurut Ridwan, serangan ini adalah rangkaian strategi yang sudah dirancang. Ridwan menyebut pemilihan waktu dan tempat memang sangat tepat. Dia juga menyebut kemungkinan sejumlah anggota kelompok memang dibiarkan tertangkap agar aparat lengah.
“[serangan dilakikan] Sebelum jam makan siang, dan pemilihan tempat [Starbuck] juga sangat pas sebagai simbol,” kata Ridwan.
Dalam penutup analisisnya, Ridwan meminta masyarakat tidak terlalu panik. “Dan Jangan menyebarkan broadcast [pesan berantai] yang tidak jelas,” katanya.