Esposin, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan perubahan iklim berdampak pada curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia. Bahkan terdapat kecenderungan perubahan kondisi cuaca menjadi lebih kering dalam beberapa tahun ke depan jika tidak dilakukan langkah mitigasi.
"Kalau kita tidak melakukan aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim maka kondisinya yang kering akan semakin kering. Secara umum di semua skenario dan periode bulan-bulannya itu adalah Sumatera bagian utara dan tengah mengalami penurunan potensi hujan atau potensi jumlah hujan," kata Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG, Alberth Nahas, dalam diskusi yang diadakan Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dipantau daring di Jakarta, Rabu (25/9/2024).
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Dia menjelaskan berdasarkan permodelan iklim Representative Concentration Pathways (RCP) 8.5 tanpa upaya mitigasi atau business as usual memperlihatkan saat musim kering atau sekitar periode Juni, Juli, dan Agustus hampir seluruh wilayah Indonesia mengalami penurunan curah hujan kumulatif secara signifikan, dalam perbandingan dengan periode historis 1976-2005.
Menurutnya, penurunan curah hujan itu terutama dirasakan di wilayah Sulawesi, Jawa bagian selatan, dan Papua bagian selatan.
"Ini mengindikasikan di wilayah tersebut kalau kita tidak melakukan aksi mitigasi atau kalau tidak memaksimalkan aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim maka daerah-daerah tersebut akan semakin rawan terhadap penurunan curah hujan kumulatif," katanya sebagaimana dikabarkan Antara.
Dampaknya akan berkepanjangan kepada masyarakat, tuturnya, termasuk potensi berkurangnya ketersediaan air bersih dan berpengaruh terhadap pertanian terutama yang menggunakan irigasi tadah hujan.
Kondisi tersebut terjadi seiring dengan potensi peningkatan suhu di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan jika tidak dilakukan langkah mitigasi secara ambisius.
Alberth mengatakan, data BMKG periode 1951-2021 memperlihatkan tren peningkatan suhu, dengan rata-rata kenaikan terbesar 0,15 derajat terjadi di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatra bagian selatan, area Jakarta dan sekitarnya.