news
Langganan

AKSI TEROR: Ada Tiga Dugaan Terkait Kinerja Intelijen - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by John Andhi Oktaveri Jibi Bisnis Indonesia  - Espos.id News  -  Senin, 10 September 2012 - 14:55 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

JAKARTA–Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo menyebut ada tiga dugaan terkait kinerja intelijen negara menyusul aksi kekerasan dan teror di berbagai daerah Indonesia.

Menurutnya, dugaan pertama kinerja aparat intelijen memang telah merosot tajam dan tidak lagi bekerja profesional seperti masa Orde Baru. Pasalnya, dulu mereka mampu mendektesi secara dini setiap gerakan yang dinilai berpotensi mengganggu stabilitas nasional, namun berbeda dengan sekarang.

Advertisement

Dugaan kedua, ujarnya, adalah aparat intelijen telah bekerja dengan benar dan profesional, namun setiap laporan analisa dan perkiraan keadaan tidak ditindaklanjuti. Seharusya setiap laporan analisa dan perkiraan keadaan ditindaklanjuti sesegera mungkin, tidak masuk keranjang sampah, katanya.

Sedangkan dugaan ketiga, operasi intelijen masih dipengaruhi kepentingan politik kekuasaan yang tidak menjamin objektivitas analisis dan profesionalisme, ujarnya. Dengan kondisi demikian, tidak tertutup kemungkinan operasi intelijen justru diciptakan untuk melakukan tugas kotor kekuasaan.

“Dalam dunia intelijen biasa disebut dengan istilah Black cell task force,” ujarnya. Menurut Bambang tugas mereka dalam black cell task force antara lain melakukan kontra-intelijen terhadap lawan politik pemerintah atau pihak oposisi. Selain itu, melakukan pembusukan dan pengalihan isu manakala ada opini negatif yang mengancam kekuasaan, kata Bambang.

Advertisement

Sementara anggota Komisi III DPR dari Fraksi PKS Nasir Jamil mengaku prihatin dengan teror bom di Beji Depok yang terlambat dideteksi aparat keamanan. Dia menyebutkan dalam kejadian itu Polri dinilai kalah cepat dengan pelaku teror. Nasir berharap agar aparat keamanan melakukan gerakan terpadu untuk menanggulangi aksi teror. Dia mengaku khawatir jangan-jangan pelaku teror sudah memiliki motif politik ketimbang sebagai aksi kriminal murni.

Advertisement
Advertisement
R. Bambang Aris Sasangka - journalist, history and military enthusiast, journalist competency assessor and trainer
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif