news
Langganan

Ada Dokter hingga Seniman, Ini Daftar Pahlawan Indonesia Keturunan Tionghoa - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Aghniya Fitrisna Damartiasari  - Espos.id News  -  Selasa, 8 November 2022 - 09:26 WIB

ESPOS.ID - Deretan foto pahlawan Indonesia keturunan Tionghoa (kompilasi)

Esposin, JAKARTA--Perjuangan dalam merebut Kemerdekaan Indonesia tentu tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Masyarakat dari berbagai kalangan, etnis, dan budaya, bergabung dan bersatu dalam mewujudkan tujuan yang sama.

Tak ketinggalan adalah peran serta dari etnis Tionghoa. Pada masa orde baru keberadaan etnis Tionghoa sempat dibatasi pergerakannya.

Advertisement

Bahkan kala itu terdapat Instruksi Presiden (Inpres) yang menyatakan bahwa setiap kegiatan dari mereka tak boleh dilakukan terang-terangan di muka umum.

Lepas dari segala sentimen yang ada untuk masyarakat etnis Tionghoa pada masa tersebut, perlu diingat bahwa kita pernah sama-sama berjuang mewujudkan kemerdekaan. Sebagian dari mereka bahkan tergabung dalam militer Indonesia dan terdaftar sebagai pahlawan nasional Indonesia.

Baca Juga: 5 Pejuang Kemerdekaan Ini Resmi menjadi Pahlawan Nasional

Advertisement

Berikut ini daftar pahlawan Indonesia keturunan etnis Tionghoa yang diperoleh Esposin dari berbagai sumber :

  1. John Lie
Potret John Lie yang medapat gelar Pahlawan Nasional Indonesia (lipi.go.id)

Daftar pertama pahlawan Indonesia keturunan Tionghoa adalah Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie Tjeng Tjoan. John Lie atau dikenal sebagai Daniel Darma merupakan sosok kelahiran Manado, 9 Maret 1911.

Dilihat dari kanal Youtube HardCorner79, saat berusia 17 tahun, John Lie merantau ke Batavia untuk mengikuti pendidikan militer.

Perjuangan John Lie melakukan penyelundupan senjata untuk membantu para pejuang dalam berperang membuatnya dikenal dengan sebutan Hantu Malaka. John Lie juga diketahui memiliki kehebatan dalam memimpin pasukan karena selalu lolos dari serangan musuh.

Advertisement

Pada 1950 John Lie tergabung dalam  penumpasan Gerakan pecah belah Republik Maluku Selatan. John Lie wafat di usianya yang menginjak 77 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata bersama dengan para pahlawan lainnya. Atas jasanya, Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia.

  1. Lie Eng Hok
Potret Lie Eng Hok, sempat diasingkan ke Papua selama 5 tahun (youtube/Intan Dynasty)

Pahlawan Indonesia keturunan Tionghoa adalah Lie Eng Hok. Ia lahir di Tangerang, 7 Februari 1893. Dirinya mengawali karier sebagai wartawan di surat kabar Sin Po.

Lie Eng Hok dikenal pada perjuangannya mempelopori pemberontakan Banten melawan Belanda. Dirinya pernah menjadi kurir menyampaikan rahasia kepada teman-temannya yang sama-sama menentang Belanda dan pernah tertangkap basah saat menyelipkan surat rahasia di dalam bukunya.

Hal tersebut sempat membuat Lie Eng Hok harus diasingkan ke Papua selama 5 tahun pada 1927. Dalam masa pembuangannya, Belanda sempat menawarkan pada Lie Eng Hok untuk dijadikan pejabat. Namun, rasa cintanya pada Indonesia, membuatnya menolak tawaran tersebut dan dirinya justru memilih untuk menjadi tukang sol sepatu.

Advertisement

Lie Eng Hok wafat pada 1961. Dirinya dianugerahi penghargaan sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia oleh pemerintah. Jenazahnya disemayamkan di Taman Makam Pahlwan Nasional Giri Tunggal, Semarang.

  1. Sho Bun Seng
Sho Bun Sheng, seorang seniman yang bergabung dalam militer (youtube/HardCorner79)

Kemudian terdapat Sho Bun Seng yang menjadi daftar ketiga pahlawan Indonesia keturunan Tionghoa. Mulanya, Bun Sheng dikenal sebagai seorang seniman teater Dardanela di Aceh.

Kiprahnya di dunia seni tersebut secara tidak langsung membangun rasa cintanya terhadap Tanah Air semakin tinggi. Iapun pindah ke Padang pada 1926 dan bergabung dalam kelompok gerilya dibawah pimpinan Letnan Ismail.

Keahliannya dalam bersandiwara membawa Bun Sheng ditugasi untuk menjadi mata-mata bagi Tionghoa yang dikenal pro terhadap Belanda (Pao An Tui).

Advertisement

Pasca kemerdekaan RI, Bun Sheng bergabung dengan Batalyon Pagarruyung untuk menumpaskan pemberontakan DI/TII. Pada 1958, Bun Sheng memutuskan pensiun dari militer dan kembali ke dunia seni. Bun Sheng tutup usia pada usia 89 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

  1. Ferry Sie King Lien
Ferry Sie King Lien, meskipun keturunan konglomerat, namun tetap semangat bergabung melawan penjajah (youtube/Intan Dynasty)

Tokoh pahlawan Indonesia keturunan Tionghoa lainnya adalah Ferry Sie King Lien. Diketahui pria kelahiran Solo pada 1933 ini merupakan seorang konglomerat.

Keluarganya memiliki perusahaan pengolahan beras. Meskipun berasal dari keluarga elite, Ferry Sie King Lien dikenal membantu dalam upaya merebut kemerdekaan Indonesia.

Di usianya yang menginjak 16 tahun, Dirinya bahkan bergabung dalam sebuah pertempuran yang pernah terjadi di Solo pada 1949. Ia dan beberapa temannya juga diarahkan untuk mengajak mengajak masyarakat  berjuang melawan Belanda.

Berbagai carapun dilakukan. Baik dengan melakukan vandal dengan mencoret dinding-dinding, kemudian membagikan selebaran, bahkan Ferry memiliki keberanian untuk bergerilya dengan mengarahkan tembakannya ke markas-markas milik Belanda di malam hari.

Pada akhirnya, Ferry Sie King Lien harus gugur diusianya yang masih muda karena menjadi sasaran tembak tantara Belanda. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Jurug, Solo, dan diketahui sebagai satu-satunya pahlawan keturunan Tionghoa yang ada di sana.

  1. Djonie Liem
Potret Djonie Lie yang dikenal sakti dengan teknik jurus jarum beracun (Youtube/Intan Dynasty)
Advertisement

Ditengok dari kanal Youtube Intan Dynasty, pahlawan keturunan Tionghoa yang satu ini berasal dari Surabaya. Djonie Liem merupakan seorang Tentara Nasional Indonesia yang dikenal memiliki jurus jarum beracun. Jurus tersebut merupakan teknik menyemburkan jarum ke arah lawan.

Tak main-main, Djonie Liem bahkan mampu menyemburkan jarum hingga sejauh 50 meter. Kelebihannya ini didapat karena Dirinya secara rutin melakukan latihan sejak berusia 8 tahun.

Djonie Liem turut berperan dalam Operasi Dwikora. Dirinya merupakan seorang pembantu Letnan Dua dalam PRRI, Permesta, RMS, hingga operasi tempur di Aceh dan operasi Seroja di Timor-Timor.

Diketahui hingga kini Djonie Liem masih dalam keadaan sehat menikmati masa pensiunnya.

  1. Oei Tjong Hauw
Oei Tjong Hauw menjadi panitia BPUPKI (Youtube/Intan Dynasty)

Sama seperti Ferry, keluarga Oei Tjong Hauw juga dikenal sebagai keluarga konglomerat asal Semarang. Ayahnya bahkan pernah masuk deretan orang terkaya se-Asia Tenggara.

Warisan yang membawanya turut menggeluti dunia bisnis tersebut ternyata tak cukup membuatnya puas.

Oei Tjong Hauw ternyata juga menaruh minatnya pada dunia politik. Minatnya itu membawanya didaulat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia  (BPUPKI) pada 1945.

  1. Yap Thiam Hien
Yap Thiam Hien menjadi pengacara pada masa itu dan membebaskan beberapa tokoh politik penting (youtube/Intan Dynasty)

Memasuki daftar pahlawan Indonesia keturunan Tionghoa yang ketujuh adalah Yap Thiam Hien.

Diketahui Yap merupakan seorang pengacara. Dirinya dikenal berani melawan penindasan maupun Tindakan diskriminatif yang dialami oleh warga etnis Tionghoa.

Ia bahkan mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Diceritakan pada era Presiden Indonesia pertama, Soekarno, Yap pernah menulis gagasan yang dimuat dengan tujuan membebaskan beberapa tokoh penting seperti M. Natsir, Mochtar Lubis, dan Soebandrio.

Yap juga dikenal sangat bersih dan sangat menentang segala bentuk kegiatan korupsi. Kegigihannya dalam menentang praktik korupsi bahkan pernah membuatnya harus ditahan selama satu pekan.

  1. Oen Boen Ing
dr. Oen Boen Ing, dikenal atas jasanya di bidang kesehatan (youtube/Intan Dynasty)

Sejatinya pahlawan tak hanya mereka yang mengangkat senjata, dr. Oen menjadi pahlawan di bidang kesehatan. Pada masa itu Ia memprakarsai berdirinya Poliklinik Tsi Sheng Yuan.

Pada 1942 Poliklinik tersebut kemudian berubah menjadi sebuah Rumah Sakit Darurat. Kemuliaan hati dr. Oen dilihat dari dirinya yang tak memasang tarif tertentu untuk biaya pengobatan.

Sehingga, sepeninggalannya banyak rakyat yang merasa sedih dan kehilangan sehingga untuk menghantarkannya ke tempat peristirahatan, masyarakat serentak berdiri berjajar di pinggir jalan sebagai bentuk penghormatan terakhirnya.

Hingga kini, nama dr Oen Boen Ing diabadikan menjadi nama rumah sakit di Kota Solo dan Sukoharjo, yakni RS dr Oen Kandangsapi Solo, dan RS dr Oen Solo Baru.

Advertisement
Ahmad Mufid Aryono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif