by Redaksi - Espos.id News - Kamis, 14 Desember 2017 - 14:20 WIB
Harianregional.com, JOGJA-Bank Indonesia memaknai 2017 sebagai tahun pemulihan ekonomi global, yaitu momentum bangkitnya ekonomi global setelah menyentuh titik terendah (turning point) pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016.
Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY Budi Hanoto menjelaskan, pertumbuhan ekonomi global 2017 diperkirakan dapat tumbuh hingga 3,6%, lebih tinggi dari capaian 2016 sebesar 3,2%. Sumber pertumbuhan ekonomi global 2017 pun menjadi lebih merata, di mana motor pertumbuhan ekonomi dunia tidak hanya bersumber dari negara maju, namun juga dari negara berkembang.
Di negara maju, perkembangan sampai Triwulan III 2017 mengonfirmasi berlanjutnya proses perbaikan ekonomi AS yang didukung oleh membaiknya kondisi tenaga kerja dan investasi. Ekonomi Eropa dan Jepang juga mengindikasikan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi.
"Negara berkembang juga mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada 2017," ujar dia dalam rilis yang diterima Harian Jogja, Kamis (14/12/2017).
Tiongkok, perekonomian terbesar kedua di dunia dan mitra dagang utama Indonesia, terhindar dari risiko penurunan laju pertumbuhan ekonomi dengan mengimplementasikan secara lebih gradual program rebalancing ekonomi, yang memfokuskan pertumbuhan pada permintaan domestik. Ekonomi Tiongkok pada 2017 diperkirakan mampu tumbuh sebesar 6,8%. Kinerja ekonomi Tiongkok yang solid berdampak pada perbaikan ekonomi negara berkembang yang lain.
Perbaikan pertumbuhan ekonomi global membawa dampak pada peningkatan harga komoditas internasional. Melanjutkan tren perbaikan sejak pertengahan 2016, harga komoditas internasional seperti batu bara dan mineral, kembali menguat pada tahun ini sejalan dengan masih tingginya permintaan dari Tiongkok.
Dengan perkembangan tersebut, diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan harga komoditas ekspor nonmigas Indonesia pada 2017. Secara keseluruhan, risiko eksternal tahun 2017 membaik sehingga ketidakpastian pasar keuangan global menurun.