news
Langganan

18 Tumpeng Iringi Umbul Donga Sewindu Boyongan SMPN 11 Solo 

by Dhima Wahyu Sejati  - Espos.id News  -  Jumat, 16 Agustus 2024 - 12:41 WIB

ESPOS.ID - Prosesi Umbul Donga Sewindu Boyongan di SMPN 11 Solo, Jl. Sungai Serang I No.313, Semanggi, Kec. Ps. Kliwon, Kota Solo, Jumat (16/8/2024). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Esposin, SOLO—Sebanyak 18 tumpeng mengiringi Umbul Donga Sewindu Boyongan di SMPN 11 Solo, Jl. Sungai Serang I No.313, Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jumat (16/8/2024).

Belasan tumpeng itu dibawa oleh perwakilan siswa di tengah-tengah halaman sekolah. Suara gamelan yang ditabuh oleh para siswa mengiringi prosesi Umbul Donga. Seluruh siswa SMPN 11 yang berjumlah hampir 600 orang khidmat mengikuti acara hingga selesai.

Advertisement

Kepala SMPN 11 Solo, Benediktus Bimo Fitertika, mengungkapkan tumpeng menyimbolkan sebuah gunung yang tegak lurus berdiri. Gunung dalam kebudayaan Jawa sering diartikan sebagai kesuburan, keberkahan, dan kemakmuran.

“Esensi acara ini sebetulnya doa yang betul-betul tulus dari semua warga sekolah agar mereka mendapatkan suasana belajar yang baik dalam mengembangkan semua potensinya,” kata Bimo ketika ditemui Espos.id di kantornya, Jumat.

Advertisement

“Esensi acara ini sebetulnya doa yang betul-betul tulus dari semua warga sekolah agar mereka mendapatkan suasana belajar yang baik dalam mengembangkan semua potensinya,” kata Bimo ketika ditemui Espos.id di kantornya, Jumat.

Menurut Bimo, Umbul Donga merupakan ucapan syukur dan permohonan doa agar SMPN 11 Solo selalu mendapatkan keselamatan. 

Dia mengatakan Umbul Donga itu juga sekaligus memperingati kepindahan sekolah dari gedung lama di Loji Wetan ke gedung yang sekarang, tepat pada 12 Agustus 2016. Terhitung, SMPN 11 Solo sudah menempati gedung baru selama sewindu.

Advertisement

Dia mengatakan dengan kepindahan SMPN 11 Solo ke lingkungan baru, pihaknya ingin membawa dampak positif ke lingkungan sekitar. Salah satunya dengan membuat lingkungan sekolah lebih rindang dan hijau.

“Boyongan [kepindahan gedung sekolah] itu adalah titik awal dari membentuk sekolah yang tadinya gersang dan sekarang jadi hijau. Maka saya sebagai sekolah yang baru meneruskan itu agar tetap menjadi sekolah adiwiyata yang berorientasi pada lingkungan,” kata dia.

Lebih lanjut, Bimo ingin mengembangkan visi tersebut tidak hanya sebagai sekolah hijau namun juga mengangkat kearifan lokal. Dia menambahkan visi sekolah sekarang juga mencakup mengenai kebudayaan.

Advertisement

“Pengertian berbudaya di sini, tidak hanya membudayakan kegiatan sekolah hijau, tapi juga mengangkat salah satunya seni tradisi seperti gamelan. Nanti ke depan bisa juga seni rupa, musik, dan lainnya,” kata dia.

Advertisement
Rohmah Ermawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif