SOLO – Perwakilan pedagang dan paguyuban pasar tradisional se-Kota Solo, Kamis-Jumat (12-13/7/2012) mengikuti pelatihan dan pendidikan (Diklat) kewirausahaan bagi pedagang pasar tradisional di Hotel Grand Setiakawan, Banjarsari, Solo.
Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo, Subagiyo, menjelaskan kegiatan tersebut dimaksudkan guna mewujudkan pasar tradisional di Kota Solo menjadi Rerajutati yang berarti resik, ramah, jujur, tertib, aman, dan simpati. Subagiyo menuturkan meskipun pasar tradisional yang ada di Kota Solo dibangun dengan konsep modern, namun pihaknya tetap akan mempertahankan ciri khas pasar tradisional dengan tidak meninggalkan sistem tawar menawar.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Selain itu, selain sebagai pusat perbelan, kedepan pasar tradisional yang ada di Kota Solo juga diharapkan bisa menjadi pusat edukasi. “Juga bisa digunakan sebagai tempat wisata,” katanya. Subagiyo menjelaskan kegiatan tersebut diikuti sebanyak 150 peserta terdiri dari 46 paguyuban pedagang dan 104 pedagang pasar tradisional.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, menjelaskan pelaksanaan Diklat kepada pedagang merupakan langkah terobosan dari Pemkot Solo. “Di daerah lain belum mampu dan mau melaksanakan kegiatan seperti ini. Sehingga, kalau ada Diklat ya kami berharap para pedagang benar-benar mengikutinya. Bagi kami mengembangkan pasar tradisional hukumnya wajib,” paparnya saat menyampaikan sambutan di depan peserta Diklat.
Rudy menambahkan kedepan tradisi komunikasi akan dijadikan sebagai ciri khas utama dari pasar tradisional. “Pasar tradisional yang sebenarnya adalah di dalamnya terdapat tawar menawar harga. Tradisi komunikasi seperti inilah yang akan kami tunjukkan di depan,” jelasnya.