Esposin, JAKARTA -- Perubahan iklim menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudhi, dalam webinar yang diselenggarakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sabtu (25/11/2023).
"Perubahan iklim ini mencakup beberapa hal, yaitu fenomena El Nino, kondisi temperatur/suhu, kelembaban, curah hujan, hingga kecepatan angin. Hal-hal tersebut akan banyak berpengaruh terhadap aspek-aspek yang dimiliki nyamuk seperti perkembangbiakan vektor, menjamurnya tempat pembiakan, hingga kemampuan terbang vektor nyamuk," kata Imran.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Menurutnya, cuaca ekstrem hingga kenaikan permukaan air laut menjadi beberapa faktor yang berpengaruh besar terhadap peningkatan kasus DBD. Hal ini karena cuaca ekstrem dapat menyebabkan banjir dan genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, vektor DBD.
Selain itu, kenaikan permukaan air laut juga dapat menyebabkan semakin banyak genangan air di sekitar rumah, sehingga memudahkan nyamuk berkembang biak.
Imran juga menjelaskan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk. Hal ini disebabkan karena suhu yang lebih tinggi membuat nyamuk lebih aktif dan lebih sering menggigit.
"Pada kondisi 18 derajat Celsius, nyamuk itu mengisap darah atau menggigit itu setiap 5 hari sekali. Tapi begitu suhunya naik menjadi 33 derajat Celsius, maka dia akan mengisap darah setiap dua hari sekali," kata Imran.
Sebagai informasi, kasus DBD masih menjadi masalah di Indonesia. Berdasarkan data Kemenkes RI pada Januari hingga November 2023, tercatat ada 76.449 kasus dengue dengan 571 kasus kematian.
Sebar Nyamuk Wolbachia
Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang masih akan menyebarkan nyamuk ber-Wolbachia guna mencegah kasus DBD. Kecamatan Gunungpati menjadi sasaran penyebaran nyamuk ber-Wolbachia.Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam, mengatakan nyamuk Wolbachia disebar di 16 kelurahan di Kecamatan Gunungpati. Di waktu sebelumnya, nyamuk itu sudah dilepasliarkan di Kecamatan Tembalang dan Banyumanik.
“Proses penyebaran pertama Wolbachia serentak 12 kelurahan di Kecamatan Tembalang mulai dilakukan 8 September 2023. Menyusul 23 Oktober 2023 di 11 Kelurahan di Kecamatan Banyumanik. Kemudian rilis di 16 kelurahan di Kecamatan Gunungpati pada 21 November 2023,” ujarnya, Kamis (24/11/2023).
Ia menjelaskan, teknologi Wolbachia ini merupakan teknologi yang dapat melumpuhkan virus dengue, zika, dan chikungunya dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Tujuannya agar virus tersebut tidak dapat menular ke manusia.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Awas! Kemenkes Sebut Perubahan Iklim Picu Kenaikan Kasus DBD".