"Sampai kini paha saya masih sangat sakit akibat gigitan buaya itu," tutur Basri sambil merintih ketika ditemui wartawan di ruang perawatan Rumah Sakit Panglima Sebaya, Tanah Grogot, Sabtu (1/2/2014).
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Warga RT.012 Desa Sungai Tuak ini kemudian menceritakan kronologi musibah yang menimpanya, Kamis (30/1/2014) lalu. Seusai menggarap sawah sore itu, dia mandi di sungai tak jauh dari sawahnya.
Kebiasaan mandi di sungai tersebut dia lakukan hampir setiap hari sehingga dia tidak curiga sedikit pun tentang adanya buaya. Apalagi sebelumnya dia tidak melihat adanya buaya muncul di sekitar tempat mandi tersebut.
Nyatanya, baru beberapa saat merendamkan badannya di pinggir sungai, tiba-tiba seekor buaya menyambar paha kirinya, menggigit dan menyeretnya. Spontan dia berusaha melepaskan diri dari gigitan buaya yang menyeretnya beberapa meter dari tempat berendam.
Korban berusaha melawan dan bergelut dengan buaya yang menurut perkiraan Basri, panjangnya sekitar 2,5 meter. Setelah dia memukul dan begelut dengan buaya beberapa menit, akhirnya gigitan buaya di paha kirinya terlepas. Dia kemudian menepi dan berlari ke darat.
Warga yang melihat korban berlari sambil berteriak minta tolong segera menghampiri Basri dan membawanya ke Rumah Sakit Panglima Sebaya. Menurut Rusdi, salah seorang warga Desa Sungai Tuak, serangan buaya terhadap warga sudah lama tidak terjadi di daerahnya. Warga kaget dengan munculnya buaya yang hampir memakan korban itu.
Rusdi mengatakan bahwa serangan buaya terhadap warga Sungi Tuak terakhir terjadi pada 20 tahun lalu, tetapi kini ada kasus serangan lagi sehingga dia dan warga lainnya harus berhati-hari ketika mandi di sungai. Rusdi memperkirakan sumber makanan bagi buaya baik ikan maupun binatang liar di sekitar desanya sudah berkurang, sehingga hal ini membuat buaya yang kelaparan kemudian menyerang manusia.