Esposin, JAKARTA -- Dinas Kesehatan Kota Bekasi memastikan vaksin palsu yang kini beredar di tengah masyarakat diproduksi dengan menggunakan limbah kemasan vaksin kualitas impor.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
"Tidak seluruh vaksin yang beredar saat ini di tengah masyarakat palsu. Hanya sebagian saja, terjadi pada vaksin produksi impor," kata Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu di Bekasi, Jumat (15/7/2016), dikutip Esposin dari Antara.
Menurut dia, vaksin impor itu di antaranya vaksin jenis tetanus serum, antidifteri serum dan antibisa ular, serta purified protein derivative (PPD). Kemasan vaksin impor tersebut, kata dia, merupakan keluaran Sanofi Pasteur dan GSK yang disalahgunakan oleh oknum untuk mengeruk keuntungan pribadi dari penjualan ke sejumlah rumah sakit. Kemasan itu diperoleh sindikat pembuat vaksin palsu melalui jaringannya di rumah sakit dengan memanfaatkan alur distribusi limbah medis. Setelah kemasan bekas itu diproses menjadi botol vaksin palsu, kata Syaikhu, sindikat tersebut memasarkan vaksin dengan membuat penawaran via email kepada sejumlah rumah sakit. Email penawaran inilah yang disetujui oleh perwakilan manajemen. Sebanyak tiga rumah sakit swasta di Kota Bekasi saat ini terindikasi menggunakan vaksin palsu. Di antaranya RS Elizabeth di Jalan Narogong, Bantargebang; RS Permata Jl Legenda Raya Mustikajaya; dan RS Hosana Medica di Jl. Pramuka Rawalumbu. Selebihnya, RS-RS pengguna vaksin palsu tersebar di Tambun, Cikarang, dan Jakarta Timur.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tety Menurung merekomendasikan masyarakat untuk menggunakan vaksin dasar produksi dalam negeri, yakni PT Biofarma. "Vaksin Biofarma sangat kami rekomendasikan, sebab secara kualitas bagus. Ada 101 negara yang kini menggunakan vaksin Bio Farma dan telah mendapat pengawasan dari World Health Organization [WHO]," katanya. Menurut dia, alur distribusi vaksin tersebut telah terjamin kemanannya mulai dari produsen hingga ke penggunanya. "Alur distribusi di Kota Bekasi-nya pun aman. Setelah vaksin diterima dari pusat dan provinsi, kemudian disimpan di tempat steril sebelum digunakan pasien," katanya. Menurut dia, 32 puskesmas di Kota Bekasi saat ini masih gunakan vaksin asli yang aman bagi masyarakat. Pemerintah Kota Bekasi juga akan merevisi standar opersional procedure (SOP) pemusnahan limbah medis di seluruh rumah sakit maupun klinik swasa. "Upaya ini sebagai tindak lanjut kami agar kasus vaksin palsu tidak terulang di Kota Bekasi," kata Tety.
Menurut dia, peredaran vaksin palsu di wilayah setempat salah satunya dipicu daur ulang kemasan limbah medis dari sejumlah rumah sakit swasta. Modus tersebut salah satunya dilakukan pasangan suami istri yang kini menjadi tersangka pemalsuan vaksin yakni Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina. Polisi mengamankan ribuan kemasan vaksin bekas dari sebuah ruangan di rumah tersangka kawasan Kemang Pratama Regency Kota Bekasi yang diduga akan didaur ulang menjadi vaksin palsu. Evaluasi terhadap SOP dilakukan agar pemerintah daerah dapat mengintervensi alur distribusi vaksin impor mulai dari hulu hingga hilir, termasuk pemusnahan limbahnya di Kota Bekasi. "Selama ini SOP pemusnahan limbah hanya dilakukan pihak manajemen rumah sakit swasta bersama pihak ketiga pengelola limbah medis melalui MoU kerja sama tanpa melibatkan pemerintah daerah," katanya. Dikatakan Tety, intervensi pemerintah selama ini hanya ada pada tataran distribusi vaksin buatan pemerintah saja melalui PT Biofarma. "Kalau pemusnahan limbah medis belum ada keterlibatan pemerintah daerah," katanya.