Esposin, JAKARTA--Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganggap nilai-nilai etika, budi pekerti, kejujuran dan integritas para pelajar lebih penting dibandingkan dengan nilai Ujian Nasional (UN).
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Presiden Jokowi mengatakan sekolah harus kembali mengedepankan pengembangan nilai-nikai etika, budi pekerti, dan integritas, dibandingkan dengan nilai UN. Presiden tidak ingin upaya mengejar nilai UN tersebut justru dilakukan dengan cara-cara yang meninggalkan nilai tersebut.
“Bekerja dengan saya itu bukan nilai UN yang dikedepankan,” katanya di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/12/2015).
Presiden menuturkan selama ini masyarakat telah melupakan nilai-nilai integritas yang harusnya ditanamkan kepada para siswa. Akibatnya, anak-anak saat ini lebih banyak menggunakan nilai-nilai barat dibandingkan dengan menggunakan nilai-nilai Pancasila.
Menurutnya, dirinya sama sekali tidak bangga dengan nilai UN yang tinggi, tetapi diperoleh dengan cara yang tidak benar. Untuk itu, dirinya meminta untuk melupakan cara-cara yang justru dapat merusak nilai integritas para siswa.
Presiden juga menyebutkan integritas dan kejujuran merupakan dasar dalam upaya membentuk karakter bangsa. Indonesia akan sangat disegani apabila memiliki integritas tinggi dengan pemimpin dan masyarakat yang menggunakan kejujuran sebagai landasannya dalam kehidupannya.
“Banyak bangsa dan negara harus mendapatkan takdir menjadi negara gagal, karena tidak dapat menjaga integritas dan kejujuran bangsanya,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga menegaskan pentingnya penanaman nilai kejujuran dan integritas di sekolah dalam seluruh aspek kehidupan sekolah. Kepala Sekolah tidak lagi boleh hanya memikirkan aspek akademis dari para siswa, tetapi juga mengedepankan nilai etika yang akan diterapkan.
“Jangan hanya menambah buku-buku tebal, sehingga tas anak-anak menjadi semakin berat. Anak-anak juga harus dibekali dengan pendidikan etika dan budi pekerti,” ucapnya.