by Asiska Riviyastuti Jibi Solopos - Espos.id News - Kamis, 24 Maret 2016 - 10:15 WIB
Esposin, SOLO—Bank Indonesia (BI) gencar sosialisasi penggunaan transaksi nontunai mengingat dari total transaksi masyarakat sebanyak 66,7% dilakukan secara tunai.
BI mencatat transaksi nontunai kebanyakan dilakukan menggunakan kartu debit, yakni 17,8%, disusul kartu kredit 14,8%. Sedangkan yang menggunakan uang leektronik dan voucher masih sangat minim. Namun berdasarkan transkasi yang dilakukan di merchant, transaksi secara tunai mampu mencapai 89,7%.
Kepala Perwakilan BI Solo, Bandoe Widiarto, mengatakan dari tahun ke tahun selalu ada kenaikan transaksi nontunai. Namun diakuinya perlu sosialisasi secara massif mengingat hal ini berhubungan dengan budaya masyarakat.
“BI terus mendorong GNNT [Gerakan Nasional Nontunai] karena mencetak uang harus mendatangkan bahan baku dari luar negeri dengan nilai yang tidak sedikit mengingat uang kertas belum bisa dibuat dengan bahan baku dari dalam negeri,” ungkap Bandoe saat ditemui wartawan di UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret (UNS), Rabu (23/3/2016).
Dia mengatakan selain jumlah yang banyak, banyak masyarakat yang tidak bisa menyimpan sehingga uang menjadi cepat kucel dan rusak. Uang tersebut kemudian menjadi tidak layak edar dan harus dimusnahkan kemudian ditukar dengan uang baru.
“Tidak mudah mengubah kebiasaan dan budaya masyarakat hanya dengan sosialisasi. Kesiapan infrastrukur juga terus dilakuan,” kata dia.
Menurut dia, dalam waktu dekat akan bekerja sama dengan Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Solo untuk pembayaran tiket angkutan umum. Wakil Rektor III UNS, Widodo Muktiyo, mengatakan UNS juga mendukung GNNT dengan pembayaran nontunai, seperti pembayaran uang kuliah.
Selain itu, pihaknya juga berencana pembayaran di kantin juga akan menggunakan kartu dengan menggandeng beberapa bank. “Banyak aspek yang bisa digarap karena kami ingin supaya mahasiswa tidak selalu bertransaksi dengan uang tunai,” kata dia.