Mataram--Tarif Dasar Listrik sudah naik, tapi keuangan PLN Wilayah NTB bukannya membaik malah kian morat-marit. PLN NTB memproyeksikan kerugian tahun 2010 ini bakal membengkak hingga Rp 1,2 triliun, justru setelah tarif listrik resmi naik.
"Kenaikan tarif dasar listrik tidak berdampak signifikan terhadap perbaikan postur keuangan kami. Perhitungan kami, kerugian tahun ini bahkan akan bertambah hingga Rp 1,2 triliun lebih," kata Anggoro Tjiptoharto, Manager Niaga PLN Wilayah NTB di Mataram, Jumat (2/7).
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Ia mengatakan, membengkaknya kerugian PLN NTB itu disebabkan karena PLN NTB kini mengoperasikan mesin sewa sebesar 40 MW, demi mengejar target agar tak ada pemadaman per 30 Juni. Akibatnya, biaya operasional PLN NTB membengkak.
"Kami memang beum menghitung angka pastinya. Tapi paling sedikit, kami harus menambah biaya operasional Rp 200 miliar dibanding saat kami masih defisit daya sebelumnya," ujar Anggoro.
Menurut rencana, mesin sewa rencananya akan dikontrak selama enam bulan. Namun PLN memiliki opsi untuk memperpanjang.
Saat masih sering padam akibat defisit daya, PLN NTB hanya mencatatkan kerugian rata-rata Rp1,03 triliun per tahun, dengan pendapatan bersih rata-rata Rp470 miliar setahun. "Karena biaya operasional naik, kerugian juga bertambah," ujar Anggoro.
Kenaikan tarif yang dimulai 1 Juli ini rupanya tak banyak menolong. Dengan kenaikan tarif itu, pendapatan PLN tahun ini kata Anggoro hanya akan bertambah Rp5,8 miliar. Ini disebabkan, 83 persen pelanggan PLN NTB adalah pengguna listrik 450 VA dan 900 VA. Padahal, tarif untuk pengguna itu tak naik.
"Rumah tangga yang menggunakan 1.300 VA ke atas hanya 16 persen. Kalau industri hanya 2 persen. Selebihnya utuk sosial. Jadi tak banyak membantu," katanya.
Meski begitu, ia menegaskan, PLN tetap akan memberi pelayanan terbaik. Soalnya, kerugian yang diderita PLN NTB itu telah ditutup oleh subsidi listrik dari pemerintah. Tahun ini, pemerintah memberi PLN subsidi listrik senilai Rp55,11 triliun.
dtc/ tiw