Solo (Espos)--Industri tekstil pelaku pasar ekspor bakal melakukan negoisasi harga dengan buyer mengingat harga jual produksi akan mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) per 1 Juli mendatang. Hal ini disampaikan pengusaha tekstil, meskipun disatu sisi ada prediksi buyer bisa keberatan jika harga jual produksi tekstil dinaikkan.
Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jateng, Djoko Santoso, kepada Esposin, Kamis (17/6), menyampaikan dengan adanya kepastian kenaikan TDL bagi industri itu, mau tidak mau pengusaha harus mengikuti. Meskipun, dampaknya akan sangat merugikan kalangan industri.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
“TDL naik, biaya produksi naik, harga jual produk pasti naik. Kami akan mencoba melakukan negoisasi harga dengan buyer dan berharap buyer bisa mengerti kondisinya. Kalau memang buyer keberatan, maka yang akan terjadi adalah pemangkasan profit. Dan paling tidak, sampai akhir tahun ini tetap diupayakan bisa break event point (BEP),” terang Djoko.
Selain itu, jika negoisasi itu gagal, maka industri akan melakukan pengetatan penggunaan mesin-mesin pendukung. Tapi, memang pengetatan ini tidak berdampak signifikan terhadap pengurangan energi.
haw