Esposin, JAKARTA — Kabar positif disampaikan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Ia mengatakan paling lambat Mei 2022 Indonesia sudah memproduksi mobil listrik.
Namun, mobil listrik itu tidak dibuat oleh perusahaan lokal Indonesia. Bahlil menjelaskan produksi mobil listrik itu merupakan investasi Hyundai senilai 1,55 miliar dolar AS (setara Rp21 triliun) yang ditandatangani pada November 2019. Meski pandemi Covid-19 melanda sejak 2020, namun perusahaan asal Korea Selatan itu mampu untuk tetap merealisasikan investasi mereka.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
"Alhamdulillah tahap pertama mobil listrik yang kita tandatangani November 2019, mulai pembangunannya di 2020 sekalipun pandemi COVID-19. (Pada) 2022 bulan Mei paling lambat, insya Allah sudah produksi. Jadi mobilnya sudah paten. Jadi Insya Allah, (sudah) produksi kita," katanya dalam groundbreaking ceremony Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution di Karawang, Jawa Barat, Rabu, secara daring dari Jakarta, Rabu.
Fasilitas sel baterai yang dimulai pembangunannya Rabu ini rencananya memiliki kapasitas produksi sebesar 10 Giga watt Hour (GwH). Pabrik ini akan menyuplai baterai kendaraan listrik produksi Hyundai.
Bahlil mengemukakan pembangunan pabrik sel baterai dengan kapasitas produksi 10 GwH itu merupakan bagian dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai 9,8 miliar dolar AS (setara Rp142 triliun) yang telah diteken dengan Korea Selatan.
"10 GwH hari ini bagian dari 9,8 miliar dolar AS itu," kata Bahlil Lahadalia.
Baca Juga: Harga Pemesanan Mobil Tesla Naik Dua Kali Lipat
Nasib Berubah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut baik pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang. Dengan adanya pabrik tersebut Jokowi yakin nasib ekonomi RI bisa berubah.Jokowi mengatakan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik itu wujud keseriusan pemerintah melakukan hilirisasi industri.
"Era kejayaan komoditas bahan mentah sudah berakhir. Kita harus berani mengubah struktur ekonomi yang selama ini berbasis komoditas untuk masuk ke hilirisasi masuk ke industrialisasi. Menjadi negara industri yang kuat dengan berbasis kepada pengembangan inovasi teknologi," tuturnya disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (15/9/2021).
Baca Juga: Semester Pertama 2021, Penjualan Mobil Listrik di Indonesia Capai 1.900 Unit
Jokowi menerangkan strategi bisnis besar Indonesia saat ini adalah secepatnya keluar dari jebakan negara pengekspor bahan mentah. Indonesia sudah cukup lama roda ekonominya digerakkan oleh ekspor bahan mentah."Strategi bisnis besar negara adalah keluar secepatnya dari jebakan negara pengekspor bahan mentah. Melepaskan ketergantungan pada produk-produk impor dengan mempercepat revitalisasi industri pengolahan, sehingga bisa memberikan peningkatan nilai tambah ekonomi yang semakin tinggi," ucapnya.