Esposin, SOLO--Harian Umum Solopos edisi hari ini, Sabtu (13/7/2024), mengangkat headline tentang deretan kasus kekerasan seksual bermunculan di Soloraya, dari pelecehan terhadap mahasiswi di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) hingga pemerkosaan dalam satu keluarga di Boyolali. Banyak kasus yang melibatkan anak-anak, baik korban atau pelaku.
Diberitakan Solopos hari ini, terakhir, Polres Klaten mengungkap kasus pelecehan seksual terhadap seorang perempuan yang terjadi di dua lokasi berbeda di Klaten. Kasus ini melibatkan seorang pelaku yang masih anak-anak berinisial D usia 17 tahun. Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (6/7/2024) lalu, tetapi baru diungkapkan ke media massa pekan ini.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Plt. Kasi Humas Polres Klaten, Iptu Widodo, menjelaskan kejadian pertama terjadi di depan toko alat tulis ABC, Jl. Pemuda, Kelurahan Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah. Insiden kedua terjadi di Jl. Merapi, Kelurahan Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan.
”Pelaku meremas bagian tubuh korban sebelah kiri saat korban sedang joging di lokasi tersebut. Kemudian di lokasi kedua, pelaku memperlihatkan alat vitalnya kepada korban sambil mengendarai sepeda motor,” kata Iptu Widodo melalui keterangan tertulis yang diterima Espos dari Humas Polres Klaten, Jumat (12/7/2024).
Kejadian bermula sekitar pukul 05.30 WIB saat pelaku dalam perjalanan dari rumah untuk membeli jajan di kawasan Gayamprit. Pelaku melihat korban—seorang perempuan berumur 28 tahun—sedang joging dan mulai mengikuti korban sampai depan toko ABC Tonggalan. Di lokasi pertama, pelaku meremas bagian tubuh korban dan kemudian tancap gas.
Sendang Angker di Jambeyan
Sumber air yang terletak di Dukuh Betong RT 004, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Sragen, semula terkesan angker. Ada dua pohon gayam berukuran besar dan diperkirakan berumur ratusan tahun. Selain itu, ada tiga pohon sepreh dan beringin berukuran sedang. Sumber air itu dikenal dengan nama Sendang Betong karena lokasinya berada di wilayah Dukuh Betong.Keangkeran sendang itu diubah ketika Pemerintah Desa (Pemdes) Jambeyan menyulap sendang itu menjadi objek wisata desa sejak 2023. Pemdes Jambeyan juga berencana mengubah nama sendang itu, dari Sendang Betong menjadi Sendang Sela Penangkep.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Jambayen, Kusmanto, 62, Jumat (12/7/2024), mengungkapkan air di Sendang Betong itu berasal dari sungai bawah tanah. Berdasarkan cerita orang-orang tua di desa itu, sumber air tersebut berasal dari sungai bawah tanah yang tembus sampai sumber air di Bayanan, Jambeyan.
Kreativitas Hadapi “Momok” Sura
Sura atau Suro atau Asyura merupakan bulan yang menjadi “momok” bagi para pengusaha kreatif di Jawa. Sebut saja pengusaha katering, fotografer maupun videografer yang bertugas mendokumentasikan acara tau hajatan, hingga pengusaha dekorasi. Sebab, Sura menjadi bulan pantangan menggelar hajatan bagi sebagian orang.Beberapa narasumber yang ditemui Espos pun mengakui hal itu. Sebut saja Wisnu, 38, seorang fotografer yang mengandalkan hajatan sebagai salah satu segemen pasar jasanya. Hajatan pernikahan, syukuran, misalnya. Jika tak ada hajatan maka peluang Wisnu mendapatkan orderan pun tertutup. Hal tersebut tentu cukup menantang bagi fotografer yang mengawali kariernya pada 2007 tersebut.
Sebenarnya, jasa fotografinya sudah merambah ke segemen dokumentasi ulang tahun. Namun Wisnu tak mengelak, cuan terbesar ada pada layanan dokumentasi pernikahan. “Kalau di Jawa, apalagi di Solo, budayanya menentukan waktunya sendiri. Seperti Sura emang dihentikan dulu untuk acara hajatan,” terang Wisnu saat ditemui Espos di Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Rabu (10/7/2024).
Kembalinya Popularitas Wayang Orang Sriwedari
Selain upaya regenerasi berkali-kali, era media sosial memberikan keuntungan tersendiri bagi wayang orang Sriwedari. Agenda pementasan dan keriuhannya bisa terekam dengan baik dan menyebar cepat dan luas di dunia maya. Ada peran anak-anak muda di balik perjalanan WO Sriwedari yang berhasil merebut lagi kepopulerannya.Masih jelas dalam ingatan Pamong Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, Dhestian Wahyu Setiaji, kali pertama bergabung menjadi bagian dari wayang orang Sriwedari pada 2006 lalu. Itu adalah tahun saat wayang orang Sriwedari ditinggalkan penggemarnya.
Meski pertunjukan tetap berjalan, Dhestian mendapati pentas pada suatu malam yang tidak dihadiri satu orang pun. “Dulu sampai ada guyonan ‘rombongan penonton itu pakai kaus abang [merah]’. Itu karena kursi di Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari warnanya merah. Ya, tidak ada yang menonton,” kata dia di GWO Sriwedari, Jumat (12/7/2024) siang.
Simak berita di Koran Solopos edisi hari ini, Sabtu (13/7/2024), lewat gawai Anda dengan mengakses koran.espos.id. Untuk memulai berlangganan silakan daftar ke Solopos ID dengan harga mulai Rp9.999. Berlangganan Solopos ID, Anda bisa mengakses berita Koran Solopos lewat gadget, membaca konten khas Esposin yaitu Espos Plus, serta menikmati semua berita di Esposin tanpa gangguan iklan.
Bila ada pertanyaan atau kendala mengenai Solopos ID, Anda bisa mengakses Pusat Bantuan atau menghubungi WhatsApp pusat layanan pelanggan SoloposID di 081548554656.