Solo (Esposin)--Solo masih kekurangan pemandu wisata di tengah upaya kota ini menggenjot sektor pariwisata. Jumlah pemandu wisata yang aktif saat ini mencapai 30 orang.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Dari jumlah itu, hanya sedikit pemandu yang menguasai bahasa asing selain Bahasa Inggris. Padahal penguasaan bahasa asing tersebut, terutama Bahasa Belanda, Prancis, Jepang dan Mandarin sangat dibutuhkan.
Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Soloraya, Agung Setyodinoto, mengatakan dari jumlah 30 orang pemandu wisata di Soloraya, hanya dua orang yang menguasai Bahasa Belanda, dua orang menguasai Bahasa Prancis dan tiga orang menguasai Bahasa Jepang.
Sedangkan, untuk Bahasa Mandarin, Solo terpaksa harus “mengimpor” pemandu wisata dari Jogja jika membutuhkan.
“Saya akui jumlah pemandu wisata di Solo memang kurang, terutama dalam hal penguasaan bahasa asing. Kalau pas banyak tamu asing dari Belanda, Perancis, dan Jepang, kita kewalahan. Kalau turis Mandarin, lebih susah lagi, karena harus impor dari Jogja,” terang Agung, saat ditemui Esposin, di sela-sela pelatihan bagi pemandu wisata Soloraya, di Restoran Soga, Selasa (8/11/2011).
Kebutuhan akan pemandu wisata, sambung dia, semakin besar mengingat jumlah wisatawan asing yang masuk Solo menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun.
Sebagai contoh, di Pura Mangkunegaran saja jumlah wisatawan mencapai sedikitnya 1.000 orang selama sekitar empat bulan peak season yang jatuh di bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus. Jumlah tersebut tumbuh tipis dibandingkan kunjungan di periode sama tahun 2010. “Jumlah wisatawan meningkat, tapi memang tidak banyak.”
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo, Widdi Srihanto, mengakui dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kompetensi pemadu wisata. Peningkatan kompetensi tidak hanya berkutat soal penguasaan bahasa, melainkan juga penguasaan materi. Materi dimaksud adalah objek-objek wisata tujuan di Soloraya yang potensial.
(tsa)