news
Langganan

Soal Program 40 Kota Selevel Jakarta, Anies Baswedan: Bukan Mulai dari Nol - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Newswire  - Espos.id News  -  Senin, 25 Desember 2023 - 16:54 WIB

ESPOS.ID - Calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar saat menghadiri acara Diskusi dan Kalibrasi Mengupas Pikiran Capres-Cawapres 2024 bersama mahasiswa Jateng-DIY di GOR Jatidiri Semarang, Minggu (24/12/2023) sore.

Esposin, SEMARANG--Program pembangunan 40 kota menjadi selevel Jakarta yang diusung pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar bukan dimulai dari nol.

Hal itu dijelaskan capres Anies Baswedan dalam forum Diskusi dan Kalibrasi Bersama Mahasiswa di GOR Jatidiri, Semarang, Minggu (24/12/2023). "Kami memiliki data tentang PDRB [produk domestik regional bruto] tiap-tiap kota se-Indonesia dan menemukan ketimpangan," kata Anies, seperti dilansir Antara.

Advertisement

Menurut Anies, Jakarta menjadi kota yang memiliki PDRB paling tinggi, sedangkan kota-kota lainnya lebih kecil, apalagi yang berlokasi semakin jauh dari Ibu Kota, seperti di kawasan timur Indonesia.

Dia menambahkan strategi yang diperlukan ke depan adalah dengan meningkatkan kota-kota yang sekarang sudah ada menjadi kota yang mempunyai kemampuan dan kegiatan ekonomi lebih tinggi.

Advertisement

Dia menambahkan strategi yang diperlukan ke depan adalah dengan meningkatkan kota-kota yang sekarang sudah ada menjadi kota yang mempunyai kemampuan dan kegiatan ekonomi lebih tinggi.

"Di situlah dibangun, apa? Fasilitasnya, transportasi umum, infrastruktur kegiatan usaha," kata Anies yang didampingi Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin.

Anies menjelaskan dengan pembangunan itu, 40 kota tersebut menjadi "naik kelas". Dia mencontohkan di Jawa Tengah, selama ini kota yang paling besar adalah Kota Semarang, nantinya kota-kota lain perlu ditingkatkan.

Advertisement

Jadi, kata Anies, program pembangunan kota tersebut bukan membangun dari nol, tetapi mengembangkan kota-kota yang sudah ada menjadi besar dan mampu menggerakkan perekonomian di sekitarnya.

"Bukan membuat dari lahan baru, dari nol," urai Anies menegaskan. Selain itu, kata dia, urbanisasi adalah fenomena yang tidak bisa dicegah dan ke depan diprediksi akan semakin masif, yakni perpindahan penduduk desa ke kota besar.

"Dan itu ada studinya. Dengan membesarkan yang kecil tanpa mengecilkan yang besar. Dengan mendorong transportasi umum, distribusi air bersih, dan pengelolaan sampahnya. Supaya tidak mengulangi masalah di Jakarta," pungkas Anies.

Pendapat Pakar Tata Kota

Secara terpisah, Pakar Tata Kota Yayat Supriatna menilai gagasan calon wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar untuk membangun 40 kota baru selevel Jakarta merupakan langkah yang berat untuk diwujudkan.
Advertisement

"Untuk bangun 40 kota seperti Jakarta itu berat sebetulnya karena tiap kota punya tipologi yang berbeda, yaitu kota metropolitan, kota besar, kota sedang bahkan kota kecil," kata pakar dari Universitas Trisakti itu di Jakarta, seperti dilansir Antara.

Yayat mengatakan saat ini sudah ada 10 kota metropolitan yang telah disiapkan. Namun, menurutnya, untuk bisa mencapai level seperti Jakarta, tentu bukan hal mudah terlebih karena kapasitas fiskal Jakarta yang sangat besar.

"Memang Jakarta ini fiskalnya mampu, tapi yang jadi masalah, Jakarta itu kota metropolitan dengan kekuatan modal yang mandiri," katanya

Advertisement

Ia juga menilai, jika dibandingkan dengan kota lainnya, tentu akan sulit membangun kota sebesar dan semasif Jakarta dalam waktu singkat. "Komparasinya tidak apple to apple," katanya.

Alih-alih mengambil perbandingan dengan Jakarta, Yayat mengatakan calon pemimpin yang akan berkontestasi di Pemilu 2024 dapat mengambil komparasi kota dengan kualitas hidup yang lebih baik.

Pengamat tata kota Universitas Trisakti itu menyebut Jakarta bukan contoh yang baik. Menurut Yayat, jika dilihat secara Key Performance Indicator (KPI), Jakarta belum memenuhi syarat kota layak. Misalnya dari aspek penyediaan kebutuhan air minum, bebas kemacetan, pengelolaan kebutuhan rumah hingga fasilitas pendukung seperti kesehatan.

"Sebetulnya yang kita ingin bangun adalah kota yang punya kapasitas untuk melayani kebutuhan publik secara lebih terstandardisasi. Itu yang kita cari, bagaimana kita mengembangkan konsep kota yang betul-betul siap mendukung kualitas hidup yang lebih baik," kata Yayat.

Advertisement
Rohmah Ermawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif