Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Hal itu diingatkan oleh Roy Suryo dalam sebuah diskusi bersama Jokowi dan Kepala SMK 2 Solo, Susanta, yang digelar di Wisma Antara, Sabtu (25/2) sore. Roy mengingatkan hal itu karena ada indikasi beberapa pihak mengeluarkan pernyataan seperti itu.
"Misalnya ada yang bilang kalau mobil Esemka ini sebaiknya hanya untuk praktik siswa saja, ini pernyataan yang salah," kata Roy.
Menurut Roy, selama ini pemerintah Indonesia selalu memiliki pandangan berbeda-beda tentang program mobnas. Misalnya proyek mobil Timor yang mirip dengan proses yang terjadi di Proton Malaysia.
Sayangnya, Proton memiliki rekanan yang lebih jujur dan benar-benar terjadi alih teknologi. Sedangkan Timor tidak berkembang karena hanya mengikuti produksi yang dilakukan di Korea saja. "Sementara Perkasa benar-benar layak jadi mobnas. Tapi pada saat itu Perkasa malah dihajar dengan kebijakan program truk bekas. Ini yang jangan sampai terjadi lagi."
Kini Indonesia punya kesempatan untuk memulai program mobnas melalui Esemka. Roy sendiri mengajak masyarakat agar memantau komisi V DPR RI yang berencana membuat Panitia Kerja Mobil Nasional.
Dia juga menyayangkan adanya pernyataan bahwa mesin Esemka adalah buatan China. Ini adalah kabar yang menyesatkan mengingat blok mesin Esemka saat ini dibuat oleh usaha cor logam di Ceper dan Purbalingga.
"Jika sampai izin ini keluar, maka sudah tidak perlu lagi Panja. Makanya saya berharap Komisi V tidak masuk angin," sindir Roy.
Sementara itu Jokowi kembali menegaskan bahwa produksi Esemka tidak butuh modal yang muluk-muluk. Dengan sumber daya dan peralatan yang ada di Solo Techno Park saat ini, dibutuhkan suntikan modal sebesar Rp40 juta. "Jadi bukan triliunan sudah jadi lah. Makanya kami berharap pemerintah pusat mau memberi suntikan dana," kata Jokowi. Adib Muttaqin Asfar