Esposin, JAKARTA — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menilai masa orientasi sekolah (MOS) masih diperlukan dalam dunia pendidikan Indonesia. Tetapi, imbuhnya, aktivitas dalam MOS itu tidak boleh mengandung unsur-unsur kekerasan.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Seorang siswi baru SMK 1 Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (19/7/2013) pekan lalu,tewas saat mengikuti MOS. Anindya Ayu Puspita, warga Daleman, Sanden, Bantul itu sebelumnya diminta melakukan squat jump gara-gara tak membawa sepatu. Siswi yang biasa pingsan kala dibentak itu pun tak sadarkan diri lalu meninggal dunia.
"MOS itu bagus karena anak-anak sebelum belajar diberikan orientasi dulu, yang tidak boleh adalah yang membangkitkan anarkistis atau kekerasan karena benih-benih kekerasan harus dibuang dari dunia pendidikan, yang harus kita tanamkan adalah kasih sayang," kata Mohammad Nuh di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (23/7/2013).
Menurut Mendikbud, aksi kekerasan juga dapat berupa kekerasan lisan atau kata-kata yang kasar. "Ucapan juga bisa menimbulkan kekerasan psikologi...ungkapan tidak layak, tidak lazim, di dalam dunia pendidikan tidak dibenarkan," paparnya.
Terkait dengan pelaksanaan MOS di DIY yang menyebabkan kematian seorang siswa, Mendikbud mengatakan pihak berwenang tengah menyelidiki kasus tersebut. Ia menegaskan, jika ditemukan tanda-tanda kesengajaan atau kekerasan, maka pelakunya akan diproses sesuai hukum yang berlaku.