by Adib Muttaqin Asfar Jibi Solopos - Espos.id News - Kamis, 1 September 2016 - 15:46 WIB
Esposin, JAKARTA -- Pakar kriminologi yang juga ahli gesture, Prof Dr Tb Ronny Rahman Nitibaskara, menyimpulkan terdakwa Jessica Kumala Wongso BAP terbukti melakukan kejahatan terhadap Wayan Mirna Salihin. Kesimpulan berani itu menimbulkan perdebatan sengit dalam lanjutan sidang kopi bersianida di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Kamis (1/9/2016).
Namun kesimpulan yang tertuang dalam berita acara pemeriksaan (BAP) itu tidak sembarangan. Meski tak ada saksi mata langsung, Ronny menggunakan sejumlah metode pemeriksaan dan analisis gabungan dari psiognomi dan gesture. Analisis itu dilakukan terhadap gerakan Jessica yang terekam CCTV Olivier Cafe 6 Januari lalu.
"Kita masuk di CCTV 7. Pada pukul 16.29 WIB, Jessica duduk diujung sofa, lalu bergeser ke tempat duduk yang akan ditempati Mirna. Pukul 16.33 WIB, dia mengibaskan rambut," kata Ronny dalam BAP yang dibacakan asistennya, Kamis.
Menurut Ronny, gesture mengibaskan rambut adalah sinyal yang bersangkutan berupaya menyamankan diri sendiri. Upaya itu dilakukan saat dia berada dalam situasi yang tidak nyaman, tegang, atau gelisah. Hal serupa juga bisa dianalisis dari perilaku menyentuh bagian tubuh sendiri.
Ronny mencontohkan Bill Clinton saat menghadapi tuduhan pelecehan seksual terhadap Monica Lewinsky semasa menjadi Presiden AS. Awalnya, Clinton sempat marah-marah dan menunjuk-nunjuk untuk mengesankan tidak bersalah. Namun belakangan saat di pengadilan, Clinton terhitung 6-7 kali menyentuh hidung. Tak lama kemudian setelah diperiksa juri, Clinton akhirnya memberikan pengakuannya.
"Saat saya memeriksa terdakwa [Jessica], tangannya terborgol. Saat mendesak sekali, dia berkali-kali mengangkat borgolannya hingga 8 kali," ungkap Ronny. "Saya bisikkan ke penyidik agar jangan pindahkan pertanyaan. Tapi terlambat, penyidik ganti topik pertanyaan dan dia tenang kembali." Baca juga: Ahli Ungkap Kebohongan & Arti Tatapan Mata Jessica.
Dalam CCTV ketiga, tangan Jessica terlihat sempat masuk ke dalam tas. Saat pandangan CCTV terhalang tanaman sekitar pukul 16.23 WIB, sempat terlihat kepalanya menengok kiri-kanan. "Ini tanda-tanda kecemasan," kata Ronny. Baca juga: Bukan Psikopat, Jessica Punya Kepribadian “Berbahaya”.
Saat Jessica menggeser paperbag dan menyusunnya menutup meja dari pandangan CCTV, Ronny menilai gesture tersebut merupakan upaya melindungi sesuatu atau menghalangi sesuatu. "Tujuannya, secara psikologis menutupi kekurangannya, scara psikis dia menutupi dirinya."
Ronny juga menganalisis perbedaan antara cara berpelukan Jessica-Hanie dengan Jessica-Mirna saat ketemu di kafe. Pukul 17.18.10 WIB, Hanie datang berlari kecil, sedikit meloncat, menghampiri, dan memeluk Jessica. Pelukan ini terlihat erat dan tanpa ada jarak.
"Sedangkan Mirna memeluk Jessica, tapi memberi jarak, tidak seperti Hanie. Perilaku ini menunjukkan Mirna merasa tidak nyaman melakukan pertemuan dengan Jessica saat itu."
Menurut Ronny, ketika tidak nyaman, seseorang akan menjauhkan diri dan itu merupakan perilaku nonverbal yang mengindikasikan penolakan. "Otak itu ada otak limbik dan ada cortek. Cortek menyuruh kita berbohong, membuat wajah dibikin-bikin. Tapi otak limbik ini jujur, menghasilkan gerakan tertentu menjadi kunci jadi bocor bahwa orang itu berbohong."
Meski demikian, Ronny tidak menyimpulkan dengan apa kejahatan terhadap Mirna tersebut. Dia juga tidak membahas apakah ada sianida yang digunakan dalam kasus ini atau tidak.