news
Langganan

SEKOLAH INKLUSI : 5 Dosen UNS Ditunjuk Jadi Pendamping Pendidikan Inklusi - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Eni Widiastuti Jibi Solopos  - Espos.id News  -  Selasa, 23 Juni 2015 - 15:15 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi pendidikan inklusif (Dok/JIBI/Solopos)

Sekolah inklusi diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus.

Esposin, SOLO - Lima dosen Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ditunjuk menjadi pendamping program pendidikan inklusi oleh pemerintah pusat.

Advertisement

Kelima dosen tersebut memiliki latar belakang Pendidikan Luar Biasa (PLB). Mereka antara lain Sunardi, Subagyo, Munawir Yusuf, Abdul Salim.

Sunardi mengungkapkan dia bersama empat dosen lain ditunjuk sebagai pendamping dalam proyek rintisan pendidikan inklusi di 50 daerah atau kabupaten/kota di Indonesia.

"Pendamping berasal dari berbagai daerah dan berbagai perguruan tinggi termasuk di UNS yang ditunjuk lima dosen. Semuanya memiliki latar belakang PLB. Saya sendiri mendampingi daerah Wonogiri, Sragen, dan Metro Lampung," urainya saat ditemui wartawan di gedung Sekretariat SPMB UNS, Sabtu (20/6/2015).

Advertisement

Dikatakan Sunardi, saat ini proses pendampingan sudah berlangsung tiga tahun.

Setiap kabupaten/kota memperoleh bantuan Rp900 juta untuk program tersebut.

"Program tersebut kemudian salah satunya mencanangkan kabupaten/ kota yang ditunjuk sebagai Kota Inklusi. Salah satunya Kota Solo sebagai Kota Inklusi. Di Solo sendiri pendampingan dilakukan oleh Munawir Yusuf," papar dia.

Advertisement

Sunardi menambahkan perhatian UNS terhadap siswa inklusi juga diwujudkan dalam bentuk pendampingan perkuliahan. Syaratnya mahasiswa berkebutuhan khusus itu harus melapor ke universitas.

"Mahasiswa yang melaporkan diri pada saat Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan memilih UNS sebagai pilihan pertama, akan didampingi mulai dari tes masuk hingga proses perkuliahan. Pembimbingan dilakukan langsung secara khusus melalui Pusat Studi Disabilitas," terangnya.

Kebijakan tersebut, ungkapnya, telah disosialisasikan melalui website SPMB UNS. Namun Sunardi mengakui hingga kini hanya satu dua mahasiswa yang melaporkan dirinya termasuk mahasiswa berkebutuhan khusus.

“Semoga memang hanya dua mahasiswa itu yang berkebutuhan khusus. Soalnya kalau mereka tidak lapor, kita susah mendeteksinya,” tambah dia.

 

Advertisement
Rohmah Ermawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif