Esposin, JAKARTA -- Ramlan Butarbutar, residivis dan buron berbagai kasus perampokan, memainkan peran sentral dalam perampokan dan pembunuhan di Pulomas Utara, Pulogadung, Jakarta Timur. Seperti kasus-kasus sebelumnya, Ramlan menjadi pemimpin kelompoknya dalam beraksi di rumah milik Dodi Triono.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (28/12/2016) petang, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. M. Iriawan, mengungkapkan Ramlan tak hanya menjadi orang pertama yang masuk ke rumah Dodi. Dia juga yang hingga mengunci kamar mandi setelah menyekap 11 korban pada Senin (26/12/2016) sore.
"Umur 50, yang bersangkutan dikenal sebagai kapten dalam pelaksanaan perampokan. Ini yang paling dominan, dia DPO, sudah malang melintang dalam perampokan sejak 2001 sampai sekarang," kata Iriawan yang ditayangkan live oleh Kompas TV dan TV One.
"Yang kedua, Erwin Situmorang. Yang bersangkutan bersama ketiga kawannya masuk ke Dodi. Yang bersangkutan juga melakukan bersama-sama penyekapan korban di rumah tersebut."
Sejumlah kasus perampokan pernah membuat Ramlan ditangkap polisi dan masuk penjara, namun setelah itu kembali beraksi. Terakhir sebelum beraksi di Pulomas, pada tahun lalu di Ramlan juga beraksi di Depok dengan merampok seorang warga negara Korea Selatan. waktu itu, Ramlan menggondol uang Rp200 juta dari korbannya.
"Jadi ini DPO, tapi kemarain belum tertangkap. Kalau udah ditangkap pasti di LP [tidak merampok]. Saat itu setelah keluar [penjara], tahun kemarin di Depok dia rampok orang Korea tapi tidak tertangkap. Ini berganti-ganti, tapi Ramlan berkali-kali jadi leadernya, kaptennya leadernya," ungkap Iriawan.
Ramlan tewas setelah ditembak oleh polisi karena melawan saat hendak ditangkap. Namun, dia tidak tewas di tempat, melainkan dalam perjalanan menuju rumah sakit. "Saudara Ramlan Butarbutar mengalami pendarahan, di kakinya ada 2 luka tembakan."