Esposin, JAKARTA -- Budayawan yang dikenal sebagai pendukung kuat Presiden Joko Widodo (Jokowi), Goenawan Mohamad, menjadi perbincangan publik setelah menangis dalam tayangan Rosi di KompasTV, beberapa hari lalu.
Tangis Goenawan Mohamad itu dikarenakan sikap Jokowi yang akhirnya merestui putra sulungnya mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Bagi pendiri Majalah Tempo itu, proses Gibran menjadi bakal cawapres Prabowo sangat instan dan melalui cara-cara yang menodai hukum serta demokrasi.
Namun tangis Goenawan itu diragukan kritikus utama Jokowi, Rocky Gerung. Menurut Rocky, tangis Goenawan Mohamad itu terlambat sembilan tahun.
Menurut Rocky Gerung, dia sejak lama sudah mengingatkan tentang praktik politik Jokowi yang dinilainya mencederai demokrasi.
Namun, kata dia, sikapnya tersebut mendapat penentangan keras dari Goenawan Mohamad dan beberapa pendukung Jokowi lainnya.
"Saya sembilan tahun di-bully orang yang kemarin menangis itu, bareng geng-gengnya. Sekarang mungkin dia sudah bertobat. Tapi lebih baik terlambat daripada telat," sindir Rocky Gerung saat menjadi pembicara di Universitas Paramadina, Jakarta, seperti dikutip Esposin dari kanal Youtube Rocky Gerung Official, Selasa (7/11/2023).
Rocky yang kini terancam menjadi tersangka kasus kabar bohong di Bareskrim Polri itu menambahkan, seharusnya sikap publik saat ini bukan menangis seperti yang dipertontonkan Goenawan Mohamad melainkan marah.
Marah karena menurutnya, Jokowi dengan kekuasannya terang-terangan mempertontonkan tindakan mengakali konstitusi agar anaknya bisa menjadi cawapres.
"Sembilan tahun diem lalu tiba-tiba menangis di depan TV, apa nggak bego tuh. Ngapain nangis, artinya dari awal dia gak bisa mendeteksi selama sembilan tahun membeli kucing dalam karung," kritik Rocky Gerung terhadap Goenawan Mohammad.
Sebelumnya, mantan jurnalis senior Tempo Goenawan Mohamad dibuat menangis oleh sikap Presiden Joko Widodo yang meninggalkan PDIP dan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju mengusung Prabowo-Gibran.
Dalam acara Rosi berjudul “Rakyat Percaya Siapa: Jokowi, Ketua MK, atau Gibran”, Goenawan Mohamad yang sebelumnya dikenal sebagai pendukung kuat Jokowi menyatakan kekecewaannya terhadap mantan Wali Kota Solo itu.
Goenawan Mohamad merasa dikhianati Jokowi. Ia lantas menceritakan tentang momentum mantan pimpinan KPK Erry Riyana bertemu dengan Presiden Jokowi melalui Abdee Slank.
Menurut Goenawan, Jokowi menanyakan pada Erry tentang apa yang harus ia lakukan jika Mahkamah Konstitusi memutuskan Gibran lolos.
Erry lalu menyarankan agar Gibran tidak maju cawapres dan kembali ke Solo.
"Dia (Presiden) minta tolong Pratikno (Sekretaris Negara) untuk mencatatnya. Namun ternyata sangat berkebalikan dengan kondisi saat ini, Gibran tetap jadi cawapres," kata Goenawan.