Esposin, SOLO -- Terlalu banyak tontonan yang tidak sesuai usia bagi anak-anak membuat studio game dan animasi asal Salatiga, Educa Studio, menghadirkan kanal YouTube untuk anak berjudul Riri Cerita Anak Interaktif. Tujuannya mengangkat budaya nusantara sekaligus memberikan pendidikan karakter kepada anak.
Riri ingin meningkatkan literasi dengan cara yang modern dan juga tetap menyajikan hiburan yang menyenangkan, sehingga tetap sesuai dengan zamannya.
Saat ini Channel Riri Cerita Anak Interaktif sudah mencapai 1,4+jt subscriber dan sudah ditonton lebih dari 240 juta kali per Jumat (1/12/2023).
Humas Educa Studio, Fransisca Gracelly, Educa Studio tidak berpuas diri dan tetap melanjutkan peningkatan literasi dan pelestarian budaya lewat cara modern yaitu melalui sinar atau podcast di Spotify dan ribuan buku digital original. Educa Studio juga menggandeng Grasindo dari Gramedia Group guna hadirkan produk Riri dalam bentuk buku cetak.
Fransisca menilai saat ini orang tua memang harus lebih bijak di dalam memfilter tontonan anak sekaligus mendampingi mereka. Dia yakin Riri Animation dari Educa Studio bisa menjadi salah satu pilihan yang tepat mempermudah orang tua memilih tontonan untuk anak-anak di rumah atau di gadget mereka."Riri Cerita Anak Interaktif sesuai dengan tujuan Educa Studio, menggabungkan edukasi dan teknologi lewat media digital dan inovasi sehingga mewujudkan pendidikan yang Cepat Tepat, Mudah Meriah, dan Menyenangkan [Cemumu]. Sejak perusahaan Educa Studio berdiri, kami sudah mendapatkan 43+ juta unduhan di App Store, memproduksi 1.000+ buku digital dan 1,5+ juta subscriber Youtube," ujar Fransisca saat dihubungi Esposin, Sabtu (2/12/2023).
Fransisca juga ingatkan penting bagi orang tua untuk mengawasi anak usia dini agar tidak menonton konten yang tidak sesuai dengan usianya.
Menurut dari Association for Natural Psychology, anak yang terlalu banyak menyaksikan tontonan yang tidak sesuai dengan umurnya akan memiliki gaya hidup yang lebih pasif. Tentunya, hal ini dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku anak.
Beberapa tontonan anak mengandung adegan kekerasan atau hal-hal yang tidak realistis sehingga menyebabkan ia mengembangkan imajinasinya dan berpikir bahwa mereka dapat melakukan hal yang serupa.
Warga Solo sendiri mengakui jika menjaga tontonan bagi anak maupun keponakannya yang masih usia sekolah adalah upaya yang sulit.
"Tontonan dan konsumsi media anak-anak sekarang harus dijaga, banyak dari mereka terpapar tontonan tidak sesuai usia dari Youtube atau platform lainnya, seperti, keponakan saya," ujar salah seorang warga Solo, Maulida Afi, saat diwawancarai Solopos, Sabtu (2/12/2023).
Menurutnya selain orang tua, seluruh keluarga pihak anak perlu ikut mengawasi konsumsi media anak-anak sekarang.