Ekonom Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri, berpendapat postur anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) yang disusun oleh pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selalu meleset jauh dari realita.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
“Ciri dari APBN di masa pemerintahan SBY adalah tingkat kemelesetannya sangat tinggi. tidak pernah tanpa APBN perubahan,” ujar Faisal Basri kepada Bisnis/JIBI, Selasa(19/8/2014).
Menurut dia, asumsi makro yang ditetapkan tidak realistis sehingga mengalami perubahan besar pada pertengahan tahun. pemerintah seperti menergantungkan diri pada proses APBN-Perubahan (APBN-P).
“APBN-P itu diketok pertengahan tahun, jadi realisasinya mepet di akhir-akhir tahun. Dari sisi politis tentu buruk, menciptakan area korupsi,” tegas Faisal Basri.
Proses APBN-Perubahan menunjukkan buruknya perencanaan fiskal yang dibangun oleh pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid Kedua. Pemerintahan Presiden SBY juga telah menyusun RAPBN 2015 pada pertengahan tahun. Meskipun disebut hanya disusun secara base line, namun RAPBN 2015 disebut berbagai pihak tidak memberi banyak ruang fiskal bagi pemerintah baru yang akan menjalankan APBN 2015.