JAKARTA - Meningkatnya upah minimum pekerja (UMP) sebesar Rp2,2 juta dan rencana kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) pada 2013 sebesar 15 persen diperkirakan akan membuat kinerja ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) semakin terpuruk.
"Pada tahun depan, diperkirakan kinerja industri TPT semakin menurun akibat tingginya UMP dan biaya energi. Untuk kinerja ekspor 2013 akan menyamai tahun ini sebesar 12,58 miliar dolar AS," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ernovian G. Ismy, pada acara konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Pelaku industri TPT, menurut Ernovian, terus tertekan dengan kondisi pasar ekspor di Amerika Serikat dan Eropa akibat krisis ekonomi. "Krisis global yang melanda kawasan Amerika Serikat dan Eropa membuat ekspor TPT dari Indonesia semakin kecil. Selain itu, industri TPT nasional hanya menguasai 46 persen pasar domestik," katanya.
Penurunan permintaan global, lanjut Ernovian, dibarengi dengan semakin ketatnya persaingan di pasar internasional yang mengakibatkan kinerja ekspor TPT Indonesia terus melemah. "Pada semester I 2012, kondisi tersebut telah menunjukkan penurunan. Berdasarkan data API, realisasi nilai ekspor anjlok 6,1 persen dari 6,76 miliar dolar AS pada semester I tahun lalu menjadi 6,38 miliar dolar AS di semester I tahun ini," katanya.
Penurunan terbesar ekspor TPT terjadi di pasar Eropa, yakni sebesar 9,6 persen, sedangkan di pasar Amerika turun tipis 0,8 persen. Meskipun terjadi sedikit penaikan di pasar Jepang, kondisi tersebut tidak lebih besar dibandingkan dengan penurunan yang dialami di pasar Eropa dan Amerika Serikat.