Maklum saja, Dahlan Iskan menjelang Pemilu 2014 untuk memilih anggota lembaga legislatif lalu menyatakan diri sebagai kader Partai Demokrat. Padahal, Partai Demokrat untuk Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 yang pemungutan suaranya bakal dilakukan 9 Juli mendatang memutuskan tidak memihak kepada salah satu kubu capres-cawapres.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Pengamat politik Boni Hargens berpendapat wajar jika Dahlan kini masuk tim pemenangan Jokowi-JK. Menurutnya, baik Dahlan atau Jokowi memiliki pandangan yang sama tentang reformasi.
"Bergabung dengan Jokowi adalah pilihan ideologi, keduanya seorang reformis. Konstruksi dan gagasan keduanya dalam melihat Indonesia kedepan mirip, sehingga tak heran Dahlan mendukungnya," katanya saat dihubungi Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) di Jakarta, (25/5/2014).
Menurutnya, kubu Jokowi-JK akan semakin diuntungkan karena pengaruh Dahlan yang tidak kecil. "Positif memberi amunisi untuk Jokowi-JK, terutama dalam aspek pemberitaan yang ruangnya akan semakin meluas," jelasnya.
Dahlan menjadi kader kesekian yang menolak hasil keputusan partai atau Pilpres 2014. Sebelumnya, Luhut Panjaitan, Hary Tanoesudibjo, Fuad Bawazier, Wanda Hamidah, hingga Suaidi Marasabessy mengambil langkah serupa atas partai masing-masing.