news
Langganan

PILKADA JAKARTA : Ditanya Isu Penolakan Jenazah, Anies Salahkan Ahok - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Adib Muttaqin Asfar Jibi Solopos  - Espos.id News  -  Senin, 27 Maret 2017 - 23:12 WIB

ESPOS.ID - Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memasuki ruang persidangan kasus dugaan penistaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (21/3/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Muhammad Adimaja)

Debat jelang putaran kedua Pilkada Jakarta di Mata Najwa juga menyinggung isu penolakan jenazah. Namun, Anies justru menyalahkan Ahok.

Esposin, JAKARTA -- Debat kandidat jelang putaran kedua Pilkada Jakarta 2017 di Mata Najwa Metro TV, Senin (27/3/2017) malam, menjadi ajang untuk mempertanyakan sikap para calon terhadap isu-isu sensitif yang berkembang di DKI. Salah satunya soal isu penolakan masjid terhadap jenazah pendukung Ahok dan isu terkait suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA).

Advertisement

Hal itu terjadi saat host Mata Najwa, Najwa Shihab, melontarkan pertanyaan yang dikirim oleh netizen melalui akun Twitter. Pertanyaan itu meminta penjelasan Anies tentang sikap pasangan nomor urut 3 yang dianggap membiarkan maraknya isu yang mengeksploitasi perbedaan agama. Netizen itu bertanya apakah Anies-Sandiaga mengambil keuntungan dari maraknya isu itu.

"Kita mengeluarkan surat khusus meskipun bukan tim kita yang melakukan, tapi kita tegas, semua jangan melakukan itu dan hentikan ancaman itu. Ini suratnya ada, kita tak punya tanggungjawab secara konstitusional, tapi kami punya tanggung jawab moral," kata Anies dalam debat bertajuk Babak Final Pilkada Jakarta itu.

Selain mengklaim pihaknya tak terlibat dalam penyebaran isu-isu itu, Anies juga menuding Ahok-lah yang menjadi sumber masalah itu. Dia pun mengungkit pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu yang menyinggung Surat Al Maidah 51 yang berujung kasus dugaan penodaan agama. Anies juga menuding Ahok tak berhenti dengan pernyataan itu, tapi berlanjut di momen-momen lain.

Advertisement

"Setelah kita lihat, ternyata ini berasal dari pernyataan-pernyataan yang tidak perlu. Masih ingat dengan apa yang dikatakan di Pulau Seribu? Apa perlunya mengatakan wifi 'Al Maidah' paswordnya 'kafir', apa perlunya? Itu pernyataan yang malah membuat perdebatan, perdebatan yang tidak perlu," katanya.

Dia menjanjikan dirinya akan merangkul semuanya karena menurutnya pemimpin harus mempersatukan. "Tapi bagaimana bisa kalau pemimpinnya tidak sensitif. Seharusnya gubernur tidak perlu masuk ke sana. Gubernur Jakarta banyak, tapi gubernur tidak pernah ada yang provokasi. Kata-kata harus mempersatukan, bukan mengkotak-kotakkan."

Ahok menanggapi hal itu tidak dengan serangan balik. Menurutnya, isu-isu seperti itu sudah biasa dia hadapi sejak di Belitung Timur. "Saya sudah biasa menghadapi orang seperti itu. Kalau programnya tidak jelas maka mainin [isu perbedaan] agama," kata dia. Baca juga: Mau Dipecat Anies, Ahok: yang Berhentikan Saya Warga Jakarta.

Advertisement

Dia pun memilih menjawab dengan membeberkan langkahnya mengirimkan para marbot pergi umrah dan membangun tempat ibadah. Menjelang akhir debat, secara eksplisit Ahok mengungkapkan dirinya menghargai para penceramah dengan khutbah yang menyejukkan.

"Nuwun sewu Pak Anies. Bagi saya sederhana saja. Tanggal 20 [April] saya kerja lagi karena saya sampai Oktober 2017. Saya akan bangun tempat-tempat religi. Di makam Mbah Priok, kita akan bangun masjid bergaya Ottoman. Para marbot yang baik, kita langsung umrahkan, termasuk masjid di Daan Mogot, takmirnya yang membawa khutbah menyejukkan, bukan wahabi, bukan syiah, bukan yang aneh-aneh. Yang mau bikin masjid, kita bantu. Mau membangun gereja, kita bantu. Yang penting jadi pejabat yang tidak terima suap dan tidak berpihak," kata dia.

Advertisement
Adib Muttaqin Asfar - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif