Solo (Espos)--Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) Solo meninjau kembali rencana masuknya 13 hotel berbintang ke Kota Solo dalam waktu lima tahun mendatang.
"Pada dasarnya kami keberatan, meskipun untuk pengembangan meeting, incentive, convention, exhibition (MICE) ini cukup bagus. Tetapi, rencana pembangunan hotel sampai sebanyak 13 hotel perlu ditinjau ulang, karena permintaan kamar hotel dengan suplai yang sudah ada saat ini kami nilai belum memuaskan," tutur General Manager Kusuma Sahid Prince Hotel (KSPH) Solo, Purwanto.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Purwanto menyampaikan, tahun 2009 rata-rata okupansi hotel di Solo hanya 59%.
"Sementara, tahun 2010 year to date, rata-rata hunian belum mencapai 65%. Dengan kata lain, 35% kamar hotel yang tersedia masih kosong."
Sebagai pengurus PHRI bidang hotel berbintang, Purwanto mengatakan, asosiasinya pernah mengadakan audiensi baik kepada Walikota maupun DPRD. Karena, rencana masuknya 13 hotel baru itu juga pernah diungkapkan Walikota kepada dunia usaha sebelumnya.
"Dalam audiensi tersebut, memang pada intinya kami keberatan jika penambahan suplai kamar tidak dibarengi dengan upaya memperluas pasar. Salah satunya, memperluas akses penerbangan dan menggenjot masuknya maskapai penerbangan baru di luar Solo-Jakarta."
Senada disampaikan Pejabat Humas PHRI, Bambang Gunadi. "Kalau memang Pemkot mau membuka keran investasi hotel seluas-luasnya di Kota Solo, maka pasarnya dibesarkan dulu."
Menurutnya, visi misi yang disampaikan Kota Solo cukup bagus mengingat Solo sudah mencanangkan diri sebagai Kota MICE.
"Wajar, jika Pemkot punya misi seperti itu. Tapi, kami dari stake holders merasa penambahan hotel justru akan memberatkan dunia usaha, karena tamu yang datang ke Solo belum banyak. Kondisi saat ini pun masih sangat memprihatinkan," ujar Bambang. haw