by Evi Handayani Jibi Solopos - Espos.id News - Kamis, 1 Januari 2015 - 02:43 WIB
Esposin, JAKARTA – Hilangnya pesawat Airasia QZ 8501 mulai menemukan titik terang dengan ditemukannya puing-puing pesawat dan jasad penumpang pesawat tujuan Singapura tersebut. Sampai kini, proses evakuasi para korban terus dilakukan. Sebelum pesawat Airasia ditemukan, ada dugaan kuat penyebab jatuhnya pesawat adalah cuaca buruk, salah satunya awan Cumulonimbus atau Kumulonimbus .
Berdasarkan pantauan langsung Esposin terhadap TVRI Siaran Nasional, Rabu (31/12/2014), pukul 07.00 WIB, pesawat Airasia ditemukan di perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Penemuan tersebut menarik pendapat dari pengamat penerbangan, Toto Subandoro. Ia menjelaskan apabila saat penerbangan, pilot berhadapan dengan awan kumulonimbus, pilot dapat meminta izin kepada bagian Air Traffic Control untuk melakukan penerbangan lebih tinggi. Air Traffic Control adalah bagian yang memandu lalu lintas udara.
Toto menjelaskan penerbangan lebih tinggi dimaksudkan untuk menghindari awan kumulonimbus. Apabila ketinggian dirasa tidak memungkinkan, pilot dapat meminta izin untuk mengubah arah penerbangan ke kanan maupun ke kiri atau berbalik arah.
“Begitu bertemu awan kumulonimbus, itu hal yang harus dilakukan ada dua pilihan, kita minta naik, kita lompati kalau memang ketinggiannya bisa kita lompati. Kalau tidak memungkinkan, tidak ada jalan, lebih baik kembali, Isi bahan bakar, tunggu cuaca baik, baru lanjutkan penerbangan,” jelasnya.
Sebelum bagian Air Traffic Control memberi izin pilot untuk perubahan jalur atau ketinggian penerbangan, Air Traffic Control terlebih dulu harus memeriksa kepadatan lalu lintas di udara agar pesawat tetap berada di jalurnya dengan aman. Sialnya, sebelum izin diberikan kepada pilot pesawat maskapai Malaysia untuk naik ke jalur ketinggian pesawat maskapai kebanggaan Indonesia, kecelakaan tak terelakkan.