Solo (Esposin)--Pertumbuhan transaksi menggunakan electronic money alias e-money tumbuh luar biasa. Di tahun 2011, volume transaksi selama 2010 telah terlampaui sejak September, dengan volume 28,3 juta transaksi senilai Rp 700 miliar.
Selama 2010, volume transaksi tercatat 26,5 juta dan nilainya Rp 693 milyar. Sementara di Solo sejumlah bank mulai serius menggarap e-money. E-money untuk perjalanan menggunakan Batik Solo Trans (BST) juga segera diterapkan. Ketua Tim Relasi Media Bank Indonesia (BI), Edhi Haryanto, mengatakan transaksi menggunakan e-money tumbuh pesat lantaran masyarakat mulai menyadari keuntungan menggunakan salah satu alternatif sistem pembayaran ini.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Dengan menggunakan e-money, biaya transaksi diperhitungkan apa adanya, tidak ada pembulatan. Sementara jika menggunakan uang tunai, masyarakat kerap harus membayar lebih untuk pembulatan nilai transaksi. Tak hanya itu, penggunakan e-money juga lebih praktis lantaran tidak perku membawa uang tunai dalam jumlah besar.
“Sekarang ini, nilai e-money maksimal ditetapkan Rp 1 juta. Bayangkan bagaimana kalau membawa uang tunai Rp 1 juta di dalam dompet. Kepraktisan ini yang dikejar masyarakat,” terang Edhi, saat ditemui wartawan, di sela-sela acara pelatihan wartawan Forum Pewarta Ekonomi Surakarta (Forpeks), di Salatiga, Jumat (25/11/2011).
Ke depan, dia melanjutkan, penggunaan e-money diarahkan untuk terintegrasi satu sama lain. Menurut Edhie selama ini bank dan penerbit e-money getol mengeluarkan kartu e-money. Hampir semua bank memiliki kartu ini, seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Central Asia (BCA). Ada pula e-money untuk perjalanan di jalan tol. Masing-masing berdiri sendiri dan tidak saling terkait.
(tsa)