Esposin, KLATEN - Lonjakan harga jual tembakau tahun ini dinilai belum menguntungkan petani secara signifikan. Kenaikan harga tembakau justru lebih menguntungkan pedagang yang menjadi perantara pabrik.
Hal itu terungkap dalam pelantikan Dewan Pengurus Cabang (DPC) Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) se-Soloraya di aula Dinas Pertanian Klaten, Selasa (7/10/2014). Puluhan petani tembakau di Soloraya ngudarasa dengan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) APTI yang diwakili Sekjen, Budidoyo.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Klaten, Wening Swasono, mengatakan petani tak kunjung mendapat posisi tawar yang bagus meski harga tembakau tahun ini meningkat.
“Sinkronisasi kebutuhan pabrik, pedagang dan level petani belum nyambung. Jatuhnya harga di tingkat petani kurang baik,” ujar lelaki yang juga bergiat di Forum Petani Tembakau Vorstenlad Klaten.
Wening mengatakan rendahnya harga jual tembakau di tingkat petani tak lepas dari panjangnya rantai distribusi industri tembakau.
Sebagai informasi, tahun ini harga komoditas tembakau meningkat 50-100% dibanding tahun sebelumnya. Tembakau rajangan kering kelas C-D kini laku di kisaran Rp60.000-Rp80.000 per kg setelah tahun lalu anjlok di angka Rp40.000 per kg.
Sekjen DPN APTI, Budidoyo, mengaku terus memperkuat posisi APTI di daerah sebagai fasilitator keluhan petani tembakau.
Budidoyo mendorong APTI di wilayah konsisten menolak ratifikasi Framework Convention of Tobacco Control (FCTC). Menurutnya, kebijakan FCTC dapat memberangus ladang penghidupan 2 juta petani tembakau di Indonesia.
“FCTC mendorong negara anggotanya mengganti tembakau dengan tanaman lain. Hal ini elas berpotensi mematikan industri tembakau nasional,” kata dia.