Esposin, SOLO—Di tengah surplus tenaga perawat di Indonesia, ternyata jumlah permintaan di luar negeri disebut malah sangat tinggi. Namun peminat lulusan perawat untuk bekerja ke luar negeri masih minim.
Dekan Ilmu Kesehatan ITS PKU Muhammadiyah Solo, Yuli Widyastuti, mengatakan memang permintaan tenaga perawat dari luar negeri sangat tinggi. Menurutnya, banyak negara yang mengalami kekurangan tenaga perawat.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Meski begitu, dia mengungkapkan peminat lulusan perawat Indonesia bekerja ke luar negeri masih rendah. Dia mengatakan perkiraan lulusan keperawatan di kampusnya yang bekerja ke luar negeri hanya 2%.
Bisa jadi faktor penyebab utama lulusan perawat enggan ke luar negeri adalah jauh dari keluarga. “Sehingga kebanyakan lulusan perawat di Indonesia bekerja di dalam negeri,” kata dia, Jumat (15/3/2024).
Meski begitu pihaknya sejak 2019/2020 sudah menjalin kerja sama dengan institusi luar negeri dari Jepang untuk memenuhi kebutuhan tenaga perawat di Negeri Sakura itu. Yuli menuturkan mayoritas yang sudah berangkat adalah lulus profesi atau D3 Keperawatan.
Lalu secara menyeluruh, 90% lulusan perawat di kampusnya terserap di dunia kerja. Menurutnya kebutuhan di dunia kerja masih tinggi lantaran mayoritas tenaga kerja rumah sakit adalah perawat. Pihaknya juga bekerja sama dengan rumah sakit milik persyarikatan Muhammadiyah, swasta, hingga negeri untuk memastikan lulusan terserap di dunia kerja.
“90% Lulusan terserap. Jadi rumah sakit itu begitu ada wisuda, lowongan itu banyak. Dan alumni kami masa tunggunya kurang dari tiga bulan langsung mendapat kerja. Ada yang di swasta dan negeri,” kata dia melalui sambungan telepon.
Di ITS PKU Muhammadiyah Solo sendiri terdapat program studi (Prodi) S1 Keperawatan dan D3 Keperawatan. Menurut Yuli kedua prodi itu juga masih diminati oleh masyarakat. Kampusnya menjadi salah satu institusi yang setiap tahunnya meluluskan sarjana dan diploma perawat.
Sementar itu, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Hanif Fadhillah, menuturkan dari sisi jumlah program studi (prodi) ada 983 prodi di Indonesia yang terdiri dari Diploma III sebanyak 474 prodi, Diploma IV sebanyak 53 prodi, Strata I plus profesi 363 prodi, Strata II delapan prodi, dan Strata III hanya dua prodi.
"Rata-rata jumlah lulusan per tahun sebanyak 63.000 orang dengan melalui uji kompetensi. Data 63.000 orang per tahun itu adalah data yang telah lulus uji kompetensi dalam arti sudah siap melakukan registrasi di council keperawatan dan mendapatkan surat tanda registrasi," kata dia, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (16/3/2024).
Peluang Bekerja di Luar Negeri
Memang jika merujuk data, di Indonesia terjadi surplus tenaga perawat. Di sisi lain banyak negara yang mengalami defisit atau kekurangan perawat. Sehingga hal itu membuka peluang tenaga perawat di Indonesia untuk bekerja ke luar negeri.Merujuk catatan Kementerian Kesehatan Indonesia atau Kemenkes mencatat pada 2021 saja sudah ada surplus tenaga perawat mencapai 176.470 orang. Diperkirakan angka tersebut akan terus bertambah setiap tahunnya.
Mengutip laman resmi Kemenkes, berdasarkan data dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI) 2020, terdapat 633.025 perawat aktif. Sedangkan pada 2025 diperkirakan akan terus bertambah menjadi 696.217 orang.
Masih mengutip Antara, keadaan sebaliknya justru terjadi di luar negeri, menurut Laporan International Council of Nurses pada tahun 2023 menunjukan pasca pandemi Covid-19 banyak negara di Asia termasuk Asia Tenggara kekurangan perawat, kecuali Indonesia yang justru mengalami surplus perawat.
Jumlah perawat Indonesia sendiri pada 2023 tercatat mencapai mencapai 1,32 juta orang. Namun hanya ada 676.841 perawat dengan surat tanda registrasi yang masih berstatus aktif.
Ini menjadi peluang bagi tenaga perawat Indonesia untuk bermigrasi ke luar negeri. Sebab berdasarkan data Grup Bank Dunia tahun 2016, estimasi pasokan dan permintaan perawat di seluruh dunia mencapai 15 juta orang sampai tahun 2030.
Dari data itu diketahui, wilayah Pasifik Barat membutuhkan sekitar 8,63 juta perawat, Asia Tenggara butuh 2 juta perawat, Eropa butuh 1,35 juta perawat, Mediterania Timur butuh 1,59 juta perawat, dan Amerika butuh 2,54 juta perawat.
Lalu menurut data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) tahun 2023, permintaan pekerjaan tenaga kesehatan sepanjang tahun 2021 sampai 2023 berjumlah 7.568 orang terutama dari Belanda, Kuwait, Qatar, Rumania, Arab Saudi, Selandia Baru, Singapura, dan Uni Emirat Arab.