Esposin, SOLO -- Bank Solo menurunkan suku bunga kredit untuk aparatur sipil negara (ASN) dari 0,9% menjadi 0,5% per bulan. Selain itu, cara komunikasi diminta untuk diubah untuk menggaet nasabah guna meningkatkan penyaluran kredit.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Wakil Wali Kota Solo, Achmad Purnomo, menyampaikan kondisi ekonomi yang sedang lesu ini membuat penyaluran kredit perbankan turun, tidak terkecuali Bank Solo yang merupakan perusahaam daerah. Penurunan paling banyak terjadi untuk kredit pegawai.
Oleh karena itu, berbagai solusi dilakukan, di antaranya menurunkan suku bunga kredit ASN diturunkan dan pengubahan pola komunikasi dengan melakukan pendekatan yang lebih intensif. “Situasi pasar saat ini sedang lesu dan pengajuan kredit menurun, tidak hanya BPR tapi semua perbankan. Oleh karena itu, Bank Solo akan menyalurkan kredit dengan suku bunga yang lebih rendah, menjadi 0,5% dari sebelumnya 0,9%. Bank Solo tidak hanya lembaga yang mencari keuntungan tapi juga untuk menyejahterakan nasabah sehingga pengaturan suku bunga pun tidak tinggi,” ungkap Purnomo saat ditemui wartawan seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Ruang Rapat Wali Kota Solo, Senin (25/9/2017).
Menurut dia, terobosan dengan menawarkan suku bunga kompetitif diperlukan untuk meningkatkan kinerja. Apalagi saat ini makin banyak bank yang menyalurkan suku bunga rendah. Selain itu, komunikasi menjadi hal yang sangat penting untuk menggaet nasabah.
Oleh karena itu, dia mengungkapkan target Bank Solo pun dikoreksi. Perusahaan keuangan daerah ini awalnya ditarget mampu memberi pemasukan pendapatan asli daerah (PAD) senilai Rp1,1 miliar tapi kemudian diturunkan 20% menjadi sekitar Rp800 juta.
Direktur Utama Bank Solo, Agung Riawan, mengakui adanya penurunan penyaluran kredit untuk ASN. Namun produk kredit Melati dan Berseri yang ditujukan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang baik.
Tak hanya itu, aset dan dana pihak ketiga (DPK) pun tumbuh. Non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah pun cukup rendah, yakni sekitar 3,6%, jauh berada di bawah NPL BPR nasional yang mencapai 6,3%.