Esposin, JAKARTA -- Peningkatan utang tidak mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi sehingga output perekonomian relatif stagnan. Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan seharusnya utang yang digunakan untuk sektor produktif bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
"Nyatanya sejauh ini semenjak 3,5 tahun terakhir nilai utang meningkat, produktivitas tidak kunjung meningkat," katanya dalam acara diskusi Indef, di Jakarta, Rabu (21/3/2018).
Berdasarkan paparannya, pertumbuhan utang pemerintah pada dalam denominasi rupiah adalah 14,81%, sedangkan pertumbuhan PDB nominal hanya 8,72%. Baca juga: Pembangunan Infrastruktur Tak Berefek Signifikan, Ada yang Salah?
"Laju pertumbuhan utang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan PDB dapat menggerogoti stabilitas sistem ekonomi ke depan," imbuhnya.
Adapun output pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah sektor industri pengolahan dan pertanian masih belum dapat tumbuh di atas PDB, yakni hanya 4,27% dan 3,81%. Padahal, kata Heri, sektor tersebut banyak menyerap tenaga kerja dan memberi kontribusi besar terhadap PDB.
Sektor tersebut juga tidak banyak menyerap dana dari utang luar negeri. Justru utang luar negeri lebih didominasi oleh sektor jasa keuangan dan administrasi pemerintahan.
Selain itu, katanya, impor masih cenderung meningkat, walaupun pemerintah berusaha meningkatkan produksi dalam negeri. "Artinya tujuan utang untuk meningkatkan kemandirian ekonomi juha masih belum tarcapai," katanya.