by Ashari Purwo Jibi Bisnis - Espos.id News - Selasa, 14 April 2015 - 22:30 WIB
Esposin, JAKARTA — Setelah gagal menjadi menteri dan tak masuk dalam kepengurusan PDIP periode 2015-2020, Maruarar Sirait mengungkit keterkaitan darahnya dengan sejarah PDIP.
“Sabam Siarit yang menjadi deklarator PDI pada 1973 itu orang tua saya. Tapi saya siap menjadi ketua partai tingkat kecamatan atau tingkat ranting. Saya ini kan kader partai,” katanya di Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Selasa (14/4/2015).
Menurutnya, saat ayahnya ikut mendeklarasikan PDI saat itu, ada lima partai yang bergabung a.l. Parkindo, PNI, Partai Katolik, IPKI, dan Murba. “Ayah saya sudah 13 tahun menjadi sekretaris jenderal. Pada 1973 sampai 1986.”
Setelah itu, dia fokus mengajarkan kepada anaknya tentang kesiapan dan loyalitas kepada partai. “Loyal itu tidak hanya ketika dapat jabatan. Namun saat idak mendapat jabatan harus tetap loyal,” tegasnya.
Rangkap Jabatan Puan
Menurutnya, saat dirinya gagal menjadi menteri dan tidak duduk dalam kepengurusan partai, loyalitasnya sedang diuji. “Saya pikir loyalitas dan keihklasan saya diuji. Kalau orang belum melalui itu jangan bicara soal loyalitas.
Maruarar Sirait, juga berkomentar mengenai Puan Maharani yang rangkap jabatan yakni di PDIP maupun pemerintah Jokowi.
Politikus PDIP ini mengganggap rangkap jabatan Puan Maharani adalah wewenang Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Megawati Soekarnoputri sebaga Ketua Umum PDIP. “Soal rangkap jabatan Puan, saya pikir itu domain Megawati dan Jokowi. Mereka sudah membicarakan,” katanya.
Diketahui, Puan yang menjabat sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan juga menjabat sebagai Ketua Bidang Politik dan Keamanan PDIP nonaktif.
Padahal, Jokowi mengharuskan menterinya menanggalkan jabatan partai agar fokus pada pekerjaan. “Untuk menilai Puan, itu bukan domain saya,” katanya.