Esposin, SOLO – Pemilu dan hoaks sudah seperti dua hal yang tak bisa dipisahkan. Menilik di pemilu-pemilu sebelumnya, hoaks alias kabar bohong ramai berseliweran di media apa pun, baik itu media sosial maupun media massa abal-abal, menjelang Pesta Demokrasi.
Beredarnya hoaks menjelang pemilu itu sudah menjadi pola yang bisa ditebak. Polanya selalu sama, yakni hoaks untuk saling menjatuhkan elektabilitas calon, baik itu calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) hingga calon anggota legislatif (caleg).
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Di Pilpres 2014, hoaks ramai beredar di media sosial saat mendekati hari pencoblosan. Tujuannya adalah mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kandidat tertentu.
Berbeda dengan 2014, persebaran hoaks saat Pilpres 2019 semakin memrpihatinkan. Bahkan, hoaks beredar jauh sebelum hari pencoblosan.
Capres Prabowo Subianto kala itu diserang dengan beragam isu, mulai dari isu pemberhentiannya dari anggota TNI, hingga beragam cerita di balik perceraiannya dengan Titiek Soeharto.
Sementara itu, kubu Capres Joko Widodo kala itu juga diserang beragam hoaks, mulai dari Jokowi yang disebut keturunan etnis Tionghoa hingga Jokowi yang berkongsi dengan China untuk memenangi Pilpres 2019.
Namun dari semua itu, hoaks tentang Ratna Sarumpaet—yang kala itu merupakan anggota tim kampanye Prabowo—menjadi yang paling sensasional. Pada akhir 2018, beredar foto Ratna Sarumpaet dengan wajah lebam disertai keterangan bahwa Ratna telah menjadi korban penganiayaan yang dilakukan kubu lawan. Usut punya usut, foto tersebut ternyata diambil setelah Ratna melakukan operasi plastik, bukan dianiaya.
Beberapa hoaks tersebut hanya segelintir dari ribuan hoaks yang tersebar menjelang Pemilu 2019. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mencatat ada 3.356 hoaks yang tersebar menjelang, saat, dan sesudah pemungutan suara Pemilu 2019.
Ini berarti, pola persebaran hoaks semakin masif saat suhu politik menghangat. Menjelang Pemilu 2024 yang sudah di depan mata, masyarakat harus mengingat bahwa Pemilu 2019 dan 204 silam sudah banyak hoaks yang tersebar dan tak jarang masyarakat menjadi korbannya.
Masyarakat harus waspada agar tak termakan isu yang belum tentu kebenarnnya menjelang Pemilu 2024. Kemkominfo memberikan tips agar masyarkat bisa terhindar dari hoaks.
-
Hati-hati Judul Provokatif
-
Cermati Alamat Situs
Perlu diketahui, website institusi pemerintahan menggunakan domain .go.id, sedangkan website institusi pendidikan menggunakan ac.id atau .edu.
Untuk website media online, biasanya menggunakan domain .com, .co, .id, atau.co.id. Namun, masyarakat juga perlu jeli karena tak menutup kemungkinan ada media abal-abal penyebar hoaks yang menggunakan domain seperti itu. Selalu membandingkan berita dengan yang ada dengan portal media mainstream adalah langkah awal terhindar dari hoaks.
-
Periksa Fakta
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
-
Cek Keaslian Foto
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.