Esposin, BOYOLALI - Sedikitnya 80 personel polisi dikerahkan untuk berjaga-jaga di permakaman Dusun Seling RT 002/RW 001 Desa Karangjati, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali, selama proses pembongkaran makam nenek Ngatiyem, 70, Sabtu (15/11/2014)
Ngatiyem adalah korban pembunuhan oleh Riswanto, 24, yang tidak lain adalah cucunya sendiri. Pembongkaran makam tersebut dilakukan untuk kepentingan autopsi. (baca: Ngatiyem Rela Jualan Es Keliling)
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Kapolres Boyolali, AKBP Budi Sartono, melalui Kasat Reskrim Polres Boyolali, AKP Purwanto mengatakan pengerahan personel kepolisian dalam jumlah cukup banyak tersebut untuk menjaga kondusivitas situasi selama proses autopsi berlangsung.
“Aman sih pasti aman. Warga datang [ke makam] hanya sekedar melihat, tidak ada [motif] yang lain, karena kasus pembuhunan ini lingkup keluarga. Maksudnya, yang tersakiti dan dendam enggak ada. Motif warga yang datang ke makam hanya menonton,” kata Purwanto saat dijumpai
Purwanto mengatakan autopsi harus dilakukan sebagai upaya pemenuhan alat bukti, yaitu petunjuk penyebab kematian nenek Ngetiyem. Menurut Purwanto autopsi untuk memastikan penyebab kematian Ngatiyem apakah karena diracun atau tergambat saluran pernapasan. Hasil autopsi, lanjut dia, bisa diketahui sekitar satu pekan ke depan. (Baca: Pelaku Sering Pesta Miras di Rumah)
Kapolsek Wonosegoro, AKP Joko Widodo, mengatakan autopsi melibatkan Unit Identifikasi dari Polres Boyolali dan tim dokter dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Moewardi dengan dibantu para mahasiswa kedokteran dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dan Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.