Esposin, SOLO -- Pembagian daging hewan kurban di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu (16/10) dini hari berlangsung ricuh. Ribuan warga berdesak-desakan. Seorang pria meninggal dan 11 lainnya pingsan.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau Jokowi menyayangkan hal tersebut. Menurut Jokowi, seharusnya panitia kurban masjid Istiqlal sudah mempersiapkan pembagian dengan matang. Jokowi menyarankan pihak Masjid Istiqlal mengubah sistem pembagian daging qurban saat Idul Adha.
Sementara menanggapi hal ini, sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono, saat dihubungi Solopos FM dalam sesi Dinamika 103, Kamis (17/10/2013) berpendapat panitia penyelenggara tidak belajar dari pengalaman dalam pembagian bantuan untuk masyarakat kecil.
Menurut Drajat, ada tiga permasalahan yang membuat kericuhan terjadi.
“Setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan kericuhan saat pembagian bantuan selalu terulang. Yakni tingkat kemiskinan yang membuat masyarakat tidak lagi memiliki rasa malu, manajemen sosial yang salah dan iklim kompetisi yang tercipta di masyarakat.”
Diungkapkan Drajat, panitia penyelenggara seharusnya memikirkan manajemen sosial pendistribusian daging kurban. “Sebut saja, masjid sebagai pemotong, bisa mengundang kelurahan untuk jadi agen distribusinya. Alternatif lainnya, misalnya dengan waktu pembagian yang dilakukan beberapa kali, atau dengan memecah masyarakat dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil”, terang Drajat.
Hal ini diyakini mampu mengatasi pemusatan massa dalam berebut daging kurban. Namun terlepas dari itu ditegaskan Drajat, harus ada yang bertanggung jawab atas kericuhan yang terjadi. Hal ini penting agar peristiwa yang sampai memakan korban jiwa, tidak lagi terjadi.