Esposin, SOLO — Realisasi ekspor mebel cenderung menurun meski nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) anjlok. Hal ini karena dipicu masih lemahnya perekonomian di negara tujuan ekspor.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo) Soloraya, Adi Dharma Santosa, mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah biasanya akan mendorong realisasi ekspor mebel karena harganya menjadi lebih murah bagi pembeli dari luar negeri.
Namun hal ini tidak berpengaruh banyak pada realisasi ekspor mebel saat ini. Hal ini karena negara tujuan ekspor seperti di Benua Eropa, Australia, dan Asia juga mengalami pelemahan ekonomi.
Apalagi mata uang Tiongkok juga mengalami depresiasi sehingga berpengaruh pada realisasi ekspor mengingat Negeri Tirai Bambu ini merupakan salah satu tujuan terbesar ekspor mebel.
“Kami berharap Oktober pesanan akan banyak untuk persiapan musim semi dan musim panas. Biasanya mebel yang dipesan adalah untuk luar ruang. Pesanan mulai banyak kemungkinan pada November-Desember dan dikirim Februari,” ungkap Adi kepada Selain itu, dia mengatakan ada harapan peningkatan ekspor untuk persiapan Natal dan Tahun Baru. Namun dia menilai, pengusaha dalam negeri juga harus lebih kreatif untuk mampu bersaing dengan pelaku usaha yang berasal dari luar negeri, seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand yang berada di Asia Tenggara. Apalagi sebentar lagi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan diberlakukan sehingga membuat persaingan semakin ketat. Lebih lanjut, dia mengatakan perusahaan juga terus mengupayakan untuk memiliki Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).
Namun diakuinya, Uni Eropa masih memberi kelonggaran penerapan SVLK dan pengusaha masih bisa menggunakan Deklarasi Ekspos (DE) hingga batas waktu yang belum ditentukan. Oleh karena itu, SVLK selama ini tidak menjadi penghalang ekspor mebel. Sementara itu, berdasarkan data yang dimiliki Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Solo, pada Februari terdapat peningkatan ekspor yang cukup signifikan. Namun realisasi terus menurun hingga April. Secara keseluruhan pada triwulan I, ekspor naik US$211,82 juta atau naik 48,42% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditas penyumbang ekspor adalah tekstil dan produk tekstil (TPT) serta mebel. TPT menjadi penyumbang ekspor terbesar dan mengalami peningkatan paling banyak, yakni mencapai US$ 185,86 juta atau sekitar 87,74% dari total ekspor. Namun ekspor mebel hanya menyumbang 5,63% atau sekitar US$11,95 juta.