Pameran kolaborasi seni dua negara tersebut mengangkat tema Best Friend. Salah satu karya yang dipajang, menampilkan seorang pemain basket yang tengah memasukkan bola ke dalam keranjang. Sudut pengambilan karya seni rupa yang dibuat dengan teknik cetak tinggi ini terbilang unik.
Promosi Rayakan Hari Pelanggan, BRI Optimalkan AI untuk Pelayanan Responsif & Personal
Perupa muda Wong Chew Lin hanya menampilkan kaki pemain basket yang sedang melayang di udara. Wajah pembawa bola basket tersebut absen ia tampilkan. Garapan cetak tinggi hitam putih berjudul Soul of Silence tersebut merupakan karya instan yang dibuat Wong bersama 22 teman mahasiswa asal Malaysia saat mengikuti workshop di kompleks kampus setempat, Selasa (30/9/2014) lalu.
Tak hanya menampilkan sosok pemain basket, pameran tersebut juga memamerkan beragam ekspresi dan imajinasi hasil olah kreativitas mahasiswa dan dosen asal UNS dan USM. Pameran dibuka oleh dosen Jurusan Seni Rupa Murni, Arfial Arsad Hakim.
Perbedaan Budaya Sekretaris Jurusan Seni Rupa Murni FSSR UNS, Sigit Purnomo Adi, mengungkapkan pameran ini menampilkan beragam variasi teknik dalam seni grafis seperti cetak tinggi, cetak dalam, dan cetak digital. “Beberapa karya merupakan hasil garapan mahasiswa UNS dan USM. Sebagian lain garapan dosen,” kata Sigit, saat berbincang dengan Esposin, Jumat (3/10/2014).
Sigit mengungkapkan dari pameran seni grafis tersebut bisa dilihat perbedaan ekspresi karya garapan perupa Malaysia dan Indonesia. “Perbedaan budaya dua negara melahirkan perbedaan ekspresi karya. Perupa di sini lebih bebas mengekspresikan idenya mulai dari sosok manusia sampai garapan ekspresif lain. Tapi di Malaysia yang lebih ketat menerapkan syariah Islam, dominasi karyanya justru nonmanusia. Seperti arsitektur dan benda mati,” jelasnya.
Lewat pameran persahabatan dua negara ini, pihaknya berharap UNS dan USM bisa menjalin kerja sama di bidang pendidikan yang lebih erat. “Harapan kami tahun depan bisa mengujungi USM dan menimba ilmu di sana,” tutupnya.