Pekatnya kabut asap yang menyelimuti Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, sangat berbahaya bagi semua makhluk hidup, termasuk orangutan. Dikutip dari Antara, Sabtu (28/9/2019), Yayasan BOSF merawat total 355 orangutan di pusat rehabilitasi Nyaru Menteng. Sebanyak 37 di antaranya terjangkit infeksi saluran pernasapan (ISPA) karena menghirup udara tercemar akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Karhutla yang terjadi di Sumatra dan Kalimantan bukan hanya mengancam nyawa manusia, tetapi juga satwa. Pakar primata khawatir sejumlah spesies langka akan punah akibat bencana tersebut.
Dikutip dari VOA Indonesia, Ketua Perhimpunan Ahli dan Pemerhati Primata Indonesia (Perhappi), Didik Prasetyo, mengatakan, orangutan rentan terjangkit ISPA akibat asap karhutla. Kondisi ini tentu saja dapat menggangu proses rehabilitasi, sebab kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari proses ini.
Menurut catatan Perhappi, karhutla juga menyebabkan dua orangutan di Ketapang, Kalimantan Barat, harus dievakuasi ke pusat rehabilitasi karena habitatnya terbakar. Sementara satu ekor bekantan, mati tertabrak kendaraan bermotor di Kalimantan Selatan, saat berusaha menyelamatkan diri dari habitatnya yang terbakar. Data itu hanya bagian kecil dari dampak karhutla terhadap primata yang terus dicatat.
Sebagai informasi, partikel debu dan karbon sisa kebakaran yang masuk ke saluran pernapasan menyebabkan alergi bahkan memicu infeksi. Masalah lain yang timbul akibat hal ini adalah bronkitis dan pneumonia karena sistem kekebalan tubuh yang menurun. Kondisi ini dialami manusia sekaligus primata seperti orangutan.
Oleh sebab itu, Didik Prasetyo menyarankan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memperhatikan habitat primata. Dia khawatir spesies primata baik yang besar maupun kecil punah akibat karhutla yang tak kunjung padam.