Solo (Esposin) Okupansi 13 hotel berbintang di Solo hingga posisi Agustus 2011 tembus 76,19%. Angka itu meningkat tajam dibandingkan okupansi untuk periode yang sama tahun lalu yang mencapai 60%.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
“Sudah di angka 76,19% sampai posisi Agustus 2011. Ini menunjukkan, kedatangan ke Solo baik itu tamu Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE), maupun wisata tumbuh sangat besar,” terang Purwanto, saat ditemui Espos, di Kusuma Sahid Prince Hotel (KSPH).
Purwanto, yang juga General Manager (GM) KSPH, menyebut kedatangan tamu ke Solo dalam bentuk grup-grup MICE menjadi faktor utama yang mendongkrak melonjaknya okupansi Solo. Di sisi lain, kondisi ini juga berimbas pada aspek lain yang bersinggungan, seperti pusat belanja, pusat oleh-oleh dan pusat kuliner khas Solo.
Mengenai lama waktu tinggal, dia melihat secara umum terjadi pertumbuhan yang cukup besar. Secara kasar, hal itu bisa dilihat dari mulai banyaknya agenda MICE yang memakan waktu beberapa hari di Solo. Agenda MICE tingkat nasional juga sering dihelat di Solo, sehingga tak ayal kamar hotel pun ramai pemesan. Menurut Purwanto, length of stay tamu hotel di Solo terkerek di angka lebih dari 2 hari. “Bahkan rasanya bisa 2,5 hari,” imbuhnya.
Tingginya tingkat okupansi kota juga diamini para pelaku usaha hotel berbintang lain. Public Relations Manager Hotel Lorin, Oktavia Pravitasari (Vita), misalnya menyebut pihaknya terpaksa tidak bisa melayani semua tamu Borobudur Travel Mart & Expo (BTMX) gara-gara jumlah kamar yang tersedia terbatas. Pihaknya hanya bisa menyediakan 30 kamar untuk tamu seller BTMX dan 10 kamar untuk tamu buyer. “Kamar kebetulan penuh, dan saya lihat jaga belakangan ini sering sekali terisi. Akhirnya terpaksa beberapa kebutuhan kamar kami lempar ke hotel lain,” ujar dia.
tsa