Esposin, SOLO--Monumen Pers Nasional menyosialisasikan Perpustakaan Anak kepada seluruh perwakilan taman kanak--kanak dan sekolah dasar di sejumlah daerah, Selasa (23/7/2024). Sosialisasi itu dilakukan secara hybrid.
Kepala Monumen Pers Nasional Widodo Hastjaryo menjelaskan dengan hadirnya perpustakaan anak ini bisa lebih memperkenalkan Monumen Pers Nasional kepada anak-anak jenjang TK dan SD di seluruh Indonesia.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
"Kami berharap dengan hadirnya perpustakaan anak ini bisa lebih tersosialisasi di masyarakat, terutama di kalangan anak-anak usia TK an SD, dan ternyata Monumen Pers Nasional memiliki perpustakaan anak yang mumpuni," ujar dia, Selasa (27/7/2024).
Widodo menyebut kecintaan terhadap buku itu bisa dimulai dari mengamati lingkungan sekitar dan menangkap suatu hal kecil yang menarik, seperti ikan.
Sementara, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Solo, Tarno, mengapresiasi Monumen Pers Nasional atas pendirian perpustakaan anak tersebut. Dia juga berharap para pendamping anak bisa menyampaikan adanya Perpustakaan Anak di Monumen Pers Nasional kepada orang-orang terdekat.
“Melalui sosialisasi diharapkan bisa gethok tular kepada keluarga, teman-teman sebaya, teman-teman sejawat dan satuan pendidikan yang lainnya agar bisa memanfaatkan tempat literasi yang telah disiapkan, yaitu Perpustakaan Anak Monumen Pers ini dengan gratis dan nyaman," jelas dia.
Salah satu perwakilan dari Makarima Islamic School, Istiqamah, menyebut kegiatan ini bisa menjadi contoh bagi guru bagaimana mengimplementasikan ilmu dari sini.
“Bagi kami pun, guru, (harapannya) nanti di sekolah bisa mengimplementasikan ilmu yang di sini mungkin dengan penataan ruang perpustakaan anak, ataupun dari cara kakak-kakaknya mendongeng, kemudian meng-handle anak-anak di perpustakaan.”
Acara ini juga diisi dengan dongeng tentang pentingnya membaca buku oleh perwakilan Teman Baca Anak Kumpulan Dongeng Anak (TBA KuDA), Ratih melalui Virtual Zoom Meeting.
Ia mengangkat cerita tentang seekor singa kecil bernama Sanur yang malas membaca. Namun, pada akhirnya berkat ibu Sanur, Ratih kemudian dilanjutkan dengan dengan membuat origami penunjuk arah atau tanda panah.